Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Sumatera Selatan mengalami deflasi sebesar 0,36 persen pada awal tahun 2025 atau secara month-to-month (mtm). Data itu dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) saat melakukan Rapat Koordinasi Sinergi Pengentasan Kemiskinan di Griya Agung Palembang, pada Senin, 3 Febuari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan Mohamad Wahyu Yulianto mengatakan, tingkat deflasi Sumsel masih sejalan dengan nasional dengan deflasi 0,76 persen. Ia menyebutkan kebijakan program diskon listrik, berpengaruh sangat signifikan dalam andil deflasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ternyata, diskon cukup besar tarif listrik 50 persen ini, menarik secara nasional maupun regional (Sumsel) untuk deflasi," kata Wahyu kepada Tempo saat ditemui di Griya Agung.
Sementara, untuk komoditas lainnya, seperti pangan, khususnya cabai merah dan cabai rawit mengalami lonjakan harga yang memang belum bisa dikontrol oleh pemerintah. Cabai merah, misalnya, menyumbang inflasi hingga 0,45 persen.
Namun ternyata kenaikan inflasi komoditas pangan itu, kata Wahyu, ternyata masih bisa ditutupi dengan program diskon listrik, sehingga masih bisa seimbang. "Itulah pemerintah secara umum, kenapa membuat kebijakan penurunan komoditas ini, agar ada balancing. Mungkin dari konsumsi pengeluaran untuk listrik bisa dialihkan untuk konsumsi pangan jadi seimbang."
Wahyu menduga masyarakat memanfaatkan diskon listrik yang berlaku hingga Febuari ini dengan sebaik-baiknya. Bahkan, menurut dia, hal itu bisa menjadi strategi atau cara masyarakat bisa berhemat menjelang Ramadan dan Idul Fitri atau mengalokasikan anggaran listrik ke anggaran lainnya.
"Misalkan saya setiap bulan membeli Rp100 ribu, maka bisa dipakai untuk dua bulan. Makanya dimanfaatkan betul. Maret sudah tidak ada diskon. Jadi bulan Maret harapanny tidak usah beli listrik atau mengalokasikan anggaran listrik untuk kebutuhan lain," tutur Wahyu. "Tapi kita tidak tahu, program pemerintah ke depan, tapi eksisting sekarang ifnlasi kita rendah."