Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Supaya harga stabil

Harga es batu di belawan naik, nelayan dirugikan. ada persaingan antara pabrik es dan penyalur es balok, pt senopati sabda guna.

15 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harga es batu naik, nelayan merasa dirugikan. Di balik itu, ada persaingan pabrik es lawan pengusaha gudang pendingin. Di Belawan, dulu harga es cuma Rp 1.600 per batang, tapi kini Rp 2.100. Akibatnya, biaya melaut naik jadi Rp 500 ribu dari Rp 350 ribu. Padahal, sekali melaut, hasil tangkapan cuma satu ton ikan senilai Rp 600 ribu. "Mana bisa makan, Pak," keluh Rachman, seorang nelayan, kepada TEMPO. Kisah bermula dari PT Senopati Sabda Guna, yang ditunjuk Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPS) cabang Belawan sebagai penyalur tunggal es balok sejak April lalu. Ke alamat itulah, nelayan menaruh curiga. Kemudian, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) cabang Medan mengirim surat ke Menteri Pertanian dan Kotak Pos 5000, dua pekan lalu. Pasalnya, ada 12 ribu nelayan yang "tercekik" karena harga es melejit naik. Namun, Kepala Perum PPS, Ir. R.B. Sihombing, tidak sertamerta menerima tuduhan. "Yang ada kan cuma sistem pemasaran bersama," katanya kepada TEMPO. Dia benar juga. Dulu, mekanisme penjualan es berawal dari pabrik es ke tangkahan (semacam tengkulak) lalu ke nelayan. Kini, Senopati bertindak sebagai "jembatan" antara 7 pabrik es dan 17 tangkahan yang mengoperasikan 300 kapal penangkap ikan. "Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga es," kata Sihombing. Harga es memang pernah anjlok menjadi Rp 1.000 per batang, garagara banyak gudang pendingin (cold storage) yang tanpa izin menjual es batu. Bahkan dua pabrik es di Belawan sampai gulung tikar. Padahal, pabrik es yang swasta adalah suatu subsistem dari Perum PPS. Maka, harga es dipatok Rp 1.600 per batang. Bila kini harga es menjadi Rp 2.100, menurut Direktur Senopati Belawan, Ismet Rafly Rudiatman, itu adalah karena ulah tangkahan. Jika nelayan langsung membeli ke Senopati, harganya tetap Rp 1.600. Tapi untuk membeli tunai, nelayan tak mampu. Bahkan semua biaya melaut ditutup dulu oleh pihak tangkahan. Apa kata tangkahan? Menurut mereka, es yang dipasok Senopati hanya diantar hingga ujung jembatan. Mereka harus mengeluarkan biaya bongkar Rp 500 per batang. Sementara itu, Ikatan Keluarga Besar Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Sumatera Utara mengirim delegasi ke Perum PPS, 30 Juli lalu. Hasilnya? "Ternyata tangkahanlah yang menaikkan harga," kata Ketua Laskar Ampera, Amril Ys., kepada TEMPO. Ia mengusulkan agar KUD mengkoordinasi nelayan agar membeli es langsung dari Senopati. Apa mungkin? BL, Sarluhut Napitupulu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus