Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Selain meminta Sri Mulyani menjadi menteri, Prabowo berencana memperkuat Kementerian Keuangan dengan menempatkan tiga wakil menteri.
Selain soal penerimaan negara, tantangan Kementerian Keuangan terletak pada pengelolaan belanja. Prabowo berencana menambah jumlah kementerian. Artinya, ada tambahan beban anggaran untuk belanja pegawai.
Pemerintahan Prabowo tahun depan menghadapi utang jatuh tempo jumbo. Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800,33 triliun.
TIGA jam Sri Mulyani Indrawati bertandang ke kediaman presiden terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Senin malam, 14 Oktober 2024. Sama seperti 48 orang lain yang datang pada hari itu, Sri Mulyani mendapat pinangan untuk bergabung dengan kabinet baru. "Dalam menyusun kabinet, beliau meminta saya kembali menjadi Menteri Keuangan," tuturnya seusai pertemuan tersebut.
Sri Mulyani tak memberikan jawaban gamblang ihwal pinangan tersebut. Namun ia mengatakan siap membantu pemerintahan Prabowo ke depan. "Tadi kami membicarakan langkah untuk memperkuat Kementerian Keuangan untuk bisa mendukung program-program beliau."
Prabowo berencana memperkuat Kementerian Keuangan dengan menempatkan tiga wakil menteri. Tiga kandidatnya terungkap saat sang presiden terpilih mengundang Thomas Djiwandono, Suahasil Nazara, dan Anggito Abimanyu ke kediamannya pada Selasa, 15 Oktober 2024. Thomas, yang saat ini menjabat Wakil Menteri Keuangan II, mengatakan ketiganya mendapat tugas mendampingi Menteri Keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tadi pesannya cukup banyak. Salah satunya adalah optimalisasi penerimaan negara," ujar Thomas. Caranya antara lain mendorong penerimaan dari perpajakan. Prabowo mencontohkan kinerja Kamboja yang memiliki rasio pajak hingga 18 persen. Rasio pajak Indonesia pada akhir 2023 hanya 10,21 persen, turun dari 10,39 persen pada 2022. Tahun depan, rasio pajak ditargetkan 12,23 persen.
Soal optimalisasi penerimaan negara ini, Prabowo berencana membentuk badan penerimaan negara. Namun Sri Mulyani mengklaim tak ada pembahasan mengenai badan tersebut saat mereka berdiskusi awal pekan ini. "Pak Prabowo bicara tentang Kementerian Keuangan sebagai satu kementerian," katanya.
Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Muhammad Sirod, mengatakan Prabowo ada kemungkinan menunda pembentukan Kementerian Penerimaan Negara. Sirod menyebutkan penundaan dilakukan karena Sri Mulyani kurang menyukai rencana pembentukan kementerian baru itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setelah bertemu dengan menterinya, Bu Sri Mulyani, agak kurang suka nih dengan ide (pembentukan Kementerian Penerimaan Negara) itu," ujarnya setelah Dialog Industri PSR dan Petani Plasma Katalisator Sawit Indonesia Emas 2045 pada Rabu, 16 Oktober 2024
Selain soal penerimaan negara, tantangan Kementerian Keuangan terletak pada pengelolaan belanja. Prabowo berencana menambah jumlah kementerian. Dari 34 kementerian saat ini, era presiden baru bakal memiliki 44 sampai 46 kementerian. Artinya, ada tambahan beban buat belanja pegawai.
Menyitir laporan Buku II Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025, terdapat kenaikan belanja pegawai sebesar Rp 52,3 triliun dibanding pada tahun ini. Kementerian Keuangan juga mengestimasi belanja gaji dan tunjangan naik menjadi Rp 513,2 triliun atau naik 19,1 persen dari total belanja tahun ini.
Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Misbah Hasan memperkirakan, selain menambah belanja pegawai, bertambahnya kementerian akan mengerek belanja barang jasa untuk keperluan kantor dan lainnya. Menurut dia, belanja barang dan jasa pada 2025 bisa membengkak sekitar Rp 342 triliun pada 2025. Nilainya sekitar 31 persen dari total belanja pemerintah pusat.
Misbah memperkirakan kenaikan anggaran belanja mempengaruhi pos belanja lain. Apalagi program-program prioritas Prabowo butuh dukungan dana jumbo, seperti program makan bergizi gratis. Badan Gizi Nasional mengestimasi kebutuhan anggaran untuk membuat program ini, yang menjangkau 82,9 juta penerima selama periode 2024-2029, senilai Rp 400 triliun. Bukan tak mungkin pemerintah memangkas belanja bantuan sosial buat masyarakat miskin untuk menambah biaya operasional kementerian baru.
Bertambahnya jumlah kementerian juga bakal menambah belanja kementerian dan lembaga. Padahal belanja kementerian dan lembaga dalam APBN 2025 sudah dinaikkan menjadi Rp 1.160,1 triliun. Sebelumnya, dalam RAPBN 2025, nilainya hanya Rp 976,8 triliun. Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengatakan perubahan itu dilakukan untuk mendukung program unggulan pemerintah baru. Salah satunya belanja untuk program makan bergizi gratis senilai Rp 71 triliun.
Tugas Menjaga APBN
Prabowo punya opsi mengutak-atik APBN 2025 lewat mekanisme APBN Perubahan. Menurut Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda Prabowo-Gibran, Anggawira, Prabowo kemungkinan besar bakal menerbitkan APBN Perubahan untuk menyesuaikan anggaran dengan program-program yang ia janjikan saat kampanye.
Direktur Center of Economic and Law Studies Nailul Huda mengingatkan soal beban belanja yang muncul dari pendanaan program-program di kementerian baru. "Jadi pekerjaan rumah tersendiri ini memastikan tidak ada program yang tumpang-tindih," tuturnya.
Tugas Menjaga APBN
Jika tak pandai mengelola belanja, risikonya adalah menambah utang. Huda berharap kehadiran Sri Mulyani, yang terkenal disiplin menjaga defisit anggaran tak melewati 3 persen dari produk domestik bruto, bisa meredam upaya penambahan utang secara berlebihan. "Salah satu hal positif dari Bu Ani (sapaan akrab Sri Mulyani) adalah pengelola utang yang kredibel dan ini menambah kepercayaan investor," kata Huda.
Pemerintahan Prabowo tahun depan menghadapi utang jatuh tempo jumbo. Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800,33 triliun. Jumlah ini terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp 705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp 94,83 triliun.
Selain itu, pemerintah berencana menerbitkan SBN sebanyak Rp 642,6 triliun pada tahun depan atau naik 42,2 persen dibanding outlook APBN tahun ini yang sebesar Rp 451,85 triliun. Tambahan utang ini, khususnya dari SBN, memicu kekhawatiran. Pasalnya, suku bunga untuk obligasi terhitung tinggi. Dalam asumsi makro RAPBN 2025, tingkat suku bunga SBN dengan tenor 10 tahun mencapai 7,1 persen. Nilainya lebih tinggi daripada asumsi pada tahun lalu yang sebesar 6,9 persen. Suku bunga yang tinggi tersebut bakal membuat beban bunga utang melejit.
Dampak beban bunga utang tersebut diperkirakan tidak terasa dalam jangka pendek, melainkan dalam 5-10 tahun ke depan. Apalagi jika pemerintah tidak mampu meningkatkan penerimaan negara untuk menutup utang tersebut. Masalahnya, dalam 10 tahun terakhir, penerimaan negara, khususnya dari pajak, cenderung stagnan. Tandanya adalah rasio pajak yang stagnan di kisaran 11 persen. Tanpa tambahan penerimaan negara, pemerintah bakal kesulitan membayar beban utang dan bunga utangnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan banyak investor asing memuji kedisiplinan Sri Mulyani dalam mengendalikan fiskal. Obligasi Indonesia laris manis antara lain karena peran mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menjaga defisit di bawah 3 persen. Itu sebabnya kemunculan nama Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono ini cukup mengejutkan karena sikapnya bertolak belakang dengan Prabowo yang pernah mengembuskan rencana menambah rasio utang terhadap PDB hingga melebihi 50 persen.
Kedua tokoh tersebut juga pernah berseberangan soal anggaran Kementerian Pertahanan. Sri Mulyani menolak pengajuan dana dari Prabowo untuk membeli 12 pesawat bekas asal Qatar, Mirage 2000-5, dengan alasan keterbatasan fiskal. Perselisihan keduanya dikabarkan pernah membuat Sri Mulyani berencana hengkang dari kabinet Jokowi.
Pandangan keduanya yang tak sejalan dikonfirmasi anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo, saat berbincang dengan media pada 19 Februari 2024. "Tapi, kalau saya sebagai ekonom membaca dan melihat, memang chemistry Pak Prabowo dengan Mba Ani enggak jalan,” tuturnya.
Josua Pardede menambahkan catatan lain soal pekerjaan rumah Menteri Keuangan baru tahun depan dari sisi belanja. Dia menilai pemerintah perlu mengevaluasi ulang beragam kebijakan insentif fiskal yang ada. Pemerintah harus memastikan stimulus tersebut berdampak pada perekonomian. Dia mencontohkan, insentif pajak untuk usaha kecil, mikro, dan menengah berpotensi membuat para pelaku usaha terbuai dan enggan naik kelas.
Menteri Keuangan Sri Mulyani tiba di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta, 14 Oktober 2024. ANTARA/Aprillio Akbar
Selain itu, dia berharap pemerintah punya sensitivitas terhadap masyarakat. Penarikan pajak wajib mempertimbangkan kemampuan masyarakat lebih dulu. Jika betul terjadi pelemahan daya beli, rencana seperti kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) bisa ditunda. "Kebijakan pajak untuk mendorong belanja di satu sisi, tapi bagaimana juga bisa mengumpulkan pajak kalau ekonominya tidak tumbuh."
Tarif PPN bakal naik dari 11 persen menjadi 12 persen pada 2025. Kenaikan PPN akan berdampak pada daya beli konsumen di komoditas tertentu. Apalagi daya beli masyarakat sedang lemah. Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2023 hanya tumbuh 4,47 persen secara tahunan atau turun dibanding triwulan III 2023 yang tumbuh 5,06 persen.
Adapun Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan pertumbuhan ekonomi menjadi pekerjaan rumah terberat Sri Mulyani. Meski kebijakan Sri Mulyani dalam menjaga defisit patut diacungi jempol, Piter menilai Indonesia butuh lebih dari itu. "Yang kita butuhkan bukan sekadar disiplin fiskal, tapi juga terobosan kebijakan yang membuat perekonomian kita lari kencang," ujarnya. Pasalnya, selama 10 tahun terakhir, ekonomi hanya tumbuh di kisaran 5 persen. Di sisi lain, Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Piter berharap ada perubahan strategi untuk menggerakkan mesin perekonomian di pemerintahan yang baru, reformasi birokrasi di dalam tubuh Kementerian Keuangan, serta koordinasi yang lebih kuat, antara lain untuk menurunkan suku bunga. "Kalau tidak ada sesuatu yang baru, kita tidak bisa mendapatkan hasil yang baru," ucapnya.
Sementara itu, kemunculan nama Sri Mulyani mendapat respons positif dari para pelaku usaha. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani bakal menyambut baik jika kursi Menteri Keuangan tak berganti pemilik. Selama 10 tahun terakhir, Sri Mulyani terbukti mampu mengelola stabilitas makro ekonomi. "Kami juga yakin, karena peran beliau sebagai Menkeu, ekonomi Indonesia lebih cepat stabil dan lebih cepat pulih dibanding negara lain di dunia," katanya kepada Tempo, Rabu, 16 Oktober 2024. Selain itu, Sri Mulyani sudah mendapat kepercayaan pelaku pasar di dalam dan di luar negeri.
Shinta berharap Menteri Keuangan di era Prabowo bisa mempertahankan bahkan meningkatkan disiplin dan prinsip kehati-hatian dalam mengelola APBN sesuai dengan standar internasional. Stabilitas makro hingga peningkatan daya saing kebijakan fiskal juga menjadi perhatian para pengusaha. "Bila hal ini dapat dilakukan, kami yakin Indonesia akan lebih mudah menarik investasi dan menciptakan produktivitas ekonomi yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7-8 persen," ujarnya.
Kemarin, Prabowo memberi pembekalan kepada calon menteri kabinetnya di Pondok Garuda Yaksa, Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sri Mulyani hadir di antara 59 orang yang ikut dalam pembekalan calon menteri itu. Politikus Partai Gerindra, Supratman Andi Agtas, mengatakan pesan paling mendalam dari Prabowo kepada kandidat anggota kabinetnya adalah harus menggunakan APBN untuk kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat.
Pada 19 September 2024, Sri Mulyani mengatakan pendapatan negara pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 3.005,1 triliun, yang didukung oleh penerimaan pajak sebesar Rp 2.490,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp 513,6 triliun. “Ini adalah untuk pertama kali pendapatan negara mencapai dan menembus lebih dari Rp 3.000 triliun,” kata dia.
Sri Mulyani menjelaskan, target penerimaan perpajakan pada 2025 ditunjang oleh reformasi perpajakan, peningkatan kepatuhan wajib pajak, perluasan basis pajak, mulai berlakunya sistem CoreTax (sistem teknologi informasi dalam administrasi perpajakan), serta sistem perpajakan yang kompatibel dengan arah perubahan struktur perekonomian dan kebijakan perpajakan dunia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Nandito Putra, Ilona Estherina Piri, Daniel A. Fajri, dan Oyuk Ivani S. berkontribusi dalam penulisan artikel ini