Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Teknologi Produksi Garam Indonesia Masih Tertinggal

Misri Gosan mengatakan salah satu kendala dalam proses swasembada garam di Indonesia adalah teknologi yang masih tradisional.

22 Februari 2018 | 18.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Garam Impor Disebar ke Industri Kecil-Menengah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar bidang teknik kimia Universitas Indonesia, Misri Gosan mengatakan salah satu kendala dalam proses swasembada garam di Indonesia adalah teknologi yang masih tradisional. Menurut Misri, hal inilah yang menyebabkan produksi garam di Indonesia menjadi sangat fluktuatif dan cenderung lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Produksi garam Indonesia memang sangat lama bisa sampai 5-6 pekan," kata Misri dalam diskusi dan launching berjudul "Hikayat Si Induk Bumbu, Jalan Panjang Swasembada Garam" di Restoran Bebek Bengil, Menteng, Jakarta, Kamis, 22 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain soal teknologi yang minim, produksi garam di Indonesia juga sangat bergantung terhadap faktor alam khususnya, sinar matahari. Karena itu, menurut Misri intervensi teknologi memang harus diberikan.

Sebab, jika proses produksi garam di Indonesia lebih banyak mengandalkan faktor alam tentu akan sangat banyak tantangan yang perlu dihadapi. Misalnya, faktor yang mempengaruhi mulai dari kelembaban, kecepatan ombak, angin dan juga kondisi lahan yang berlumpur.

"Apalagi kebanyakan petambak juga tidak punya informasi yang cukup terkait perubahan cuaca di tempatnya," kata Misri yang juga menjadi salah satu penulis buku tersebut.

Sementara itu, Direktur Jasa Kelautan, Kementerian Kelautan, Abduh Nurhidayat mengatakan bahwa teknologi produksi garam saat ini memang menggunakan teknologi yang tertinggal. Karena itu, kata Abduh, saat ini Kementerian Kelautan tengah mengembangkan teknologi yang bisa membantu petambak untuk proses evaporasi garam di tambak-tambak menjadi bisa lebih cepat.

"Kami sedang memfasilitasi koperasi garam di Indramayu. Di sana kami mengujicoba bahan fisika dan kimia yang bisa membantu mengikat elemen mineral sekaligus membuat evaporasi bisa lebih singkat, dari 5-6 pekan menjadi 1 pekan," kata Abduh dalam acara yang sama.

Selain ini, Kementerian kini juga gencar melakukan ekatensifikasi lahan produksi garam khususnya di kawasan NTT dan NTB. Kementerian, kata Abduh, juga tengah mengembangkan proyek integrasi lahan-lahan tambak dibeberapa wilayah Indonesia dan juga menyediakan gudang-gudang untuk penyimpanan garam.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus