Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Berita terkini ekonomi dan bisnis sepanjang Rabu siang hingga sore, 13 Oktober 2021 dimulai dengan Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan akan memberikan diskon biaya pendaratan atau landing fee bagi maskapai nasional maupun asing yang akan melakukan penerbangan internasional dari dan menuju Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian kisah generasi ketiga pemilik HM Sampoerna yakni Putera Sampoerna. PT HM Sampoerna didirikan oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjian Nio pada 1913.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu berita Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menduga pembangunan smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik hanya menguntungkan pebisnis-pebisnis besar. Berikut adalah ringkasan dari ketiga berita tersebut:
1. Maskapai Internasional yang Masuk ke Bali Angkut Turis Asing Akan Dapat Diskon
PT Angkasa Pura I (Persero) akan memberikan stimulus atau insentif bagi maskapai nasional maupun asing yang akan melakukan penerbangan internasional dari dan menuju Bali. Insentif itu berupa diskon biaya pendaratan atau landing fee di Bandara Internasional Ngurah Rai hingga 100 persen.
“Diharapkan dengan pemberian insentif ini, akan meringankan beban maskapai untuk mengaktifkan kembali rute internasional mereka dari dan menuju Bali,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam keterangannya pada Rabu, 13 Oktober 2021.
Diskon biaya pendaratan berlangsung mulai 14 Oktober 2021 hingga 30 Juni 2022. Pada 14 Oktober hingga 31 Desember 2021, Angkasa Pura I memberikan diskon landing fee sebesar 100 persen. Sedangkan pada periode 1 Januari hingga 30 Juni, perseroan memberikan diskon sebesar 50 persen.
Untuk mendapatkan insentif, maskapai perlu memenuhi sejumlah kriteria.
Baca berita selengkapnya di sini.
2. 74 Tahun Putera Sampoerna, Kisah Generasi Ketiga Pemilik HM Sampoerna
Sampoerna adalah nama keluarga yang ada di Surabaya dan memiliki perusahaan rokok terbesar di Indonesia bernama HM Sampoerna. PT HM Sampoerna didirikan oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjian Nio pada 1913. Saat ini, kepemilikan HM Sampoerna sudah sampai ke generasi ketiga dan berada di tangan Putera Sampoerna.
Lalu, bagaimana profil singkat mengenai Putera Sampoerna?
Putera Sampoerna dilahirkan di Belanda, tepatnya di Schiedam pada 13 Oktober 1947. Putera Sampoerna adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee. Oleh karena itu, Putera Sampoerna adalah generasi ketiga dari generasi ketiga dari keluarga Sampoerna dan mengelola HM Sampoerna.
Sebagai orang yang berasal dari keluarga pengusaha tidak membuat Putera melalaikan pendidikannya. Putera mengenyam pendidikannya di Diocesan Boys School, Hong Kong. Kemudian di Melbourne, Australia, dan berkuliah di University of Houston, Texas, Amerika Serikat. Saat tinggal di Amerika Serikat, Putera menikahi orang Amerika Serikat keturunan Tionghoa bernama Katie dan dikaruniai dengan empat orang anak.
Sepulangnya dari Amerika Serikat, Putera mengelola dan menjalankan perusahaan kelapa sawit milik perusahaan dari Malaysia dan ia bermukim di Singapura. Selanjutnya, Putera mendirikan Alfa dan Bank Sampoerna. Entitas usaha Alfa berkembang pesat hingga sekarang. Sebaliknya, Bank Sampoerna tidak terlalu sukses dan harus tutup.
Baca berita selengkapnya di sini.
3. Smelter Freeport di Gresik Diduga Hanya Perkaya Pebisnis Besar
Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menduga pembangunan smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik hanya menguntungkan pebisnis-pebisnis besar. Smelter tersebut dibangun di atas lahan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) hasil patungan PT AKR Corporindo Tbk dan PT Perusahaan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.
“Pebisnis-pebisnis yang dapat untung dari pembangunan smelter makin kaya. Pengapalan tembaga dari Papua ke Gresik dipegang pengusaha kaya dari Surabaya. Indika Energy juga dapat untung karena mereka sudah lama bangun pelabuhan khusus untuk dermaga tembaganya Freeport,” ujar Ferdy saat dihubungi pada Rabu, 13 Oktober 2021.
Adapun perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam rangkaian bisnis smelter disinyalir dekat pejabat negara. Salah menteri Presiden Joko Widodo alias Jokowi, kata Ferdy, juga disebut-sebut terafiliasi dengan salah satu entitas.
Ferdy menghitung smelter Gresik akan memperoleh keuntungan jumbo dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Dia membandingkan dengan PT Smelthing yang 25 persen sahamnya dimiliki Freeport.
Baca berita selengkapnya di sini.