Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pemain yang sudah mapan akan berfokus mengejar profit dan mempertahankan pangsa pasar.
Shopee Pay merupakan dompet elektronik paling populer sepanjang tahun lalu.
Pemain lokal terus berupaya memperbaiki diri dengan mengembangkan inovasi layanan.
JAKARTA — Persaingan bisnis di industri sistem pembayaran kian ketat. Regulasi Bank Indonesia yang membuka keran dominasi asing diprediksi memicu tren sinergi dan konsolidasi antar-penyelenggara. Associate Center of Innovation and Digital Economy Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan penyelenggara sistem pembayaran perlu mempertimbangkan langkah konsolidasi untuk menambah kekuatan produk dan memperluas pangsa pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk dompet digital atau uang elektronik, misalnya, tren konsolidasi diperkirakan terwujud dalam bentuk integrasi vertikal. Integrasi dilakukan untuk saling melengkapi dan channeling produk,” ujar Bhima. Aksi konsolidasi seperti merger dan akuisisi pun terbuka, baik bagi lembaga penyelenggara bank maupun non-bank.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan catatan lembaga survei, seperti Snapcart dan Ipsos, pada 2020 telah terjadi pergeseran peringkat pemain dompet digital. Secara mengejutkan, Shopee Pay merangsek ke peringkat pertama atau menyandang status dompet elektronik paling populer sepanjang tahun lalu. Dompet digital yang terafiliasi dengan e-commerce Shopee itu mematahkan dominasi OVO dan GoPay.
Stand Dana pada Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, September 2019. Tempo/Tony Hartawan
Ekonom dari Center of Reform on Economics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, memperkirakan aspek keberlanjutan akan menjadi fokus para pemain bisnis sistem pembayaran. Sebagai konsekuensinya, para pelaku bisnis diprediksi mengambil langkah strategis seperti aksi korporasi untuk menopang pertumbuhan.
“Mereka tidak lagi berada di tahap bakar duit. Pemain-pemain yang sudah mapan akan berfokus mengejar profit dan berupaya mempertahankan proporsi pasar masing-masing,” ucapnya. Namun, menurut Yusuf, sinergi yang dilakukan tak melulu harus berupa merger dan akuisisi. “Bisa juga dalam bentuk kerja sama, sinergi kemitraan, atau kolaborasi.”
Sinergi antar-penyelenggara jasa sistem pembayaran kian marak dalam beberapa waktu terakhir. Bukan hanya antar-penyelenggara lokal, sinergi juga dilakukan oleh penyelenggara lokal dan asing. PT Bank CIMB Niaga Tbk sejak September lalu telah bersinergi dengan dompet digital asal Cina, WeChat Pay. Kerja sama itu memungkinkan CIMB Niaga memfasilitasi transaksi pembayaran menggunakan WeChat Pay pada toko-toko mitra di Indonesia.
Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan bahwa CIMB Niaga bekerja sama dengan TenPay selaku pemilik aplikasi dompet digital WeChat Pay, PT Arash Digital Rekadana (Jakarta), serta Swiftpass Global Limited (Shenzhen) sebagai system integrator dan technical service provider. Implementasi kerja sama tersebut diklaim akan melengkapi layanan pembayaran digital yang telah disediakan oleh CIMB Niaga.
Sejalan dengan regulasi Bank Indonesia, implementasi transaksi WeChat Pay di mitra-mitra CIMB Niaga dilakukan dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) pada alat penerima transaksi pembayaran CIMB Niaga, seperti mesin electronic data capture (EDC) CIMB Niaga, Static QR, maupun aplikasi yang diunduh di perangkat mitra. “Transaksi tersebut dilakukan dalam mata uang rupiah,” Lani menegaskan.
Dia mengimbuhkan, terdapat karakteristik yang membedakan penggunaan WeChat Pay dengan penyelenggara dompet digital domestik, yaitu spesifikasi penggunaan untuk kebutuhan transaksi di lokasi-lokasi wisata. Seperti diketahui bahwa aplikasi WeChat Pay hanya dapat dimiliki oleh pengguna dari Cina dengan sumber dana dari rekening kartu debit dan kartu kredit yang diterbitkan di Cina.
Sementara itu, penyelenggara jasa sistem pembayaran lokal terus berupaya memperbaiki diri dengan mengembangkan inovasi layanan. Co-founder DANA, Vince Iswara, mengatakan, ketimbang merangsang pengguna baru, manajemen kini cenderung menggeber layanan baru untuk memudahkan pengguna. “Kami masih mengembangkan produk yang sudah ada, terutama yang erat dengan skema business to business to consumer.”
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo