Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tuan Sing Membawa Untung

Sjamsul Nursalim akan melelang apartemen butik pada akhir bulan ini. Laba propertinya mencelat lebih dari seribu persen.

19 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANGUNAN empat lantai itu belum sepenuhnya rampung. Pembangunannya pun baru kelar tahun depan. Tapi kehadiran Botanika, butik apartemen milik taipan Sjamsul Nursalim di persimpangan jalan antara Holland Road dan Taman Nakhoda, Singapura, itu sudah membetot perhatian analis properti.

Hunian papan atas itu mengundang penasaran karena dalam prapembukaan yang khusus dihadiri kerabat Sjamsul, Februari lalu, terjual 22 unit—dari 34 unit hunian eksklusif yang ditawarkan. Harga per meter perseginya mendekati S$ 21.505 (Rp 129,6 juta). Hunian yang lokasinya dekat Singapore Botanic Gardens, kebun raya berusia 148 tahun, itu laku Rp 17,3 miliar hingga 39,6 miliar.

Hasil itu membuat Tuan Sing, induk perusahaan Sjamsul di Negeri Singa, tambah agresif. Mesin duit keluarga Sjamsul itu akan melelang 12 unit yang tersisa di Goodwood Park Hotel pada 31 Maret nanti. Luas unit yang dilelang 134 hingga 306 meter persegi. Harganya akan dibuka pada kisaran S$ 1.700-2.400 per kaki persegi.

Demi memuluskan rencana tadi, Tuan Sing sudah menunjuk agen properti Colliers International dan Christie’s Great Estates, yang akan berafiliasi dengan Ken Jacobs, sebagai juru lelang. ”Ini mungkin pertama kalinya hunian bertingkat yang masih baru dijual melalui pelelangan,” kata Grace Ng, deputi direktur pelaksana dan juru lelang di Colliers International, dalam siaran persnya.

Nama Jacobs berkibar di Singapura ketika ia bersama Colliers International sukses melego 12 bungalo di Sentosa Cove, lewat sebuah pelelangan pada akhir Agustus lalu. Sentosa Cove adalah tempat tetirah di timur Pulau Sentosa.

Adapun Christie’s Great Estates merupakan anak perusahaan Christie’s, biro lelang yang berdiri sejak 1766, dengan cabang di 35 negara. Salah satunya yang pernah dilelang Christie’s adalah Portrait of Dr. Gachet, lukisan Vincent van Gogh, yang pada Mei 1990 terjual US$ 82,5 juta (setara Rp 760,5 miliar). Di ranah properti, Christie’s berhasil melelang La Concordia, ranch milik aktris Sophia Loren di Hidden Valley, Los Angeles, Amerika Serikat, seluas 61,1 hektare dengan nilai US$ 6,9 juta.

Dengan pengalaman dan jaringan internasional tersebut, Ng yakin pelelangan yang ditangani Christie’s mampu menarik minat investor asing. ”Apalagi panorama semua unit langsung menghadap ke arah hijaunya pepohonan dengan berbagai lanskap aliran air,” ujarnya sambil berpromosi.

Desainnya yang menyatu dengan alam sekitar, seperti Singapore Botanic Gardens, taman terbuka, dan tempat bermain, menjadi daya jual Botanika. ”Apartemen ini menciptakan sesuatu yang berbeda ketimbang mengikuti kemauan pasar,” kata Jacobs.

Kehadiran Botanika, yang diarsiteki Chan Soo Kian, peraih President Design Awards kategori desainer terbaik Singapura 2006, kian menancapkan kuku Sjamsul di dunia properti. Pada akhir tahun lalu, bekas pengusaha tambak udang Dipasena di Tulang Bawang, Lampung, itu berkongsi dengan Morgan Stanley Real Estate untuk menguasai 95,55 persen saham Grand Hotel Group. Tuan Sing rela mencurahkan duit Rp 2,64 triliun untuk mengerek kepemilikan sahamnya di Grand, yang tadinya hanya 25 persen.

Grand adalah pemilik Grand Hyatt di Melbourne, Hyatt Regency di Perth, Hyatt Hotel di Canberra, Hyatt Regency di Adelaide, serta Marque Hotel di Brisbane, Canberra, dan Sydney. Perusahaan yang terdaftar di bursa Australia sejak satu dekade lalu ini menguasai total 1.820 kamar.

Tuan Sing tergiur mencengkeram Grand karena kondisi keuangan jaringan hotel terbesar di Negeri Kanguru itu kian moncer. Pendapatannya selama enam bulan pertama 2006 naik 16,8 persen dari A$ 153,8 juta (untuk periode yang sama tahun lalu) menjadi A$ 179,6 juta (sekitar Rp 1,3 triliun). Labanya setelah dipotong pajak penghasilan menembus A$ 50,9 juta, naik A$ 27,9 juta dari tahun sebelumnya.

Sepanjang 2006, bisnis properti yang dijalankan Sjamsul memang rancak. Meski bukan penyumbang terbesar buat Tuan Sing, pendapatan sektor propertinya melonjak paling tajam dibandingkan unit usaha lain—naik 44 persen menjadi S$ 17,9 juta. Laba di sektor properti setelah dipotong pajak penghasilan mencelat ke angka S$ 47,4 juta alias untung 1.181 persen.

Pencapaian itu diperoleh berkat larisnya penjualan 118 unit kondominium Adam Park di Singapura dan Lakeside Ville (173 unit tahap pertama dan 123 bungalo tahap kedua) di Shanghai, Cina. Pemasukan lainnya dari penyewaan gedung perkantoran milik keluarga Sjamsul, seperti Robinson Tower, International Factors Building, dan The Oakley.

Perolehan itu membuat fulus Sjamsul bertambah tebal. Setelah lolos dari jerat hukum di Indonesia dan hidup nyaman di Singapura, pria kelahiran Lampung 60 tahun lalu itu tampaknya paham benar memaksimalkan Tuan Sing sebagai mesin duit. Anak perusahaannya kini merangsek wilayah bisnis di Singapura, Cina, Malaysia, dan Australia. Tak mengherankan bila enam tahun lalu Sjamsul mati-matian tak mau melepas Tuan Sing ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Padahal Bank Dagang Nasional Indonesia milik Sjamsul meninggalkan utang bantuan likuiditas Bank Indonesia Rp 28,4 triliun. BPPN pun menyita aset lainnya, antara lain Gadjah Tunggal Petrochem, Gadjah Tunggal Tire, dan Dipasena Citra Darmaja—semuanya dinilai Rp 27,4 triliun. Belakangan, harga Dipasena ditaksir tak lebih dari Rp 2 triliun, sedangkan GT Petrochem dan GT Tire hanya laku Rp 1,83 triliun.

Pada April 2004, Sjamsul yang sejak 2001 berleha-leha di Singapura mendapat surat keterangan lunas dari BPPN. Tiga bulan kemudian, Kejaksaan Agung menghadiahinya surat perintah penghentian penyidikan. Keputusan itu ditinjau kembali oleh Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, tapi hingga kini tak ada hasilnya.

Sjamsul pun kian leluasa melebarkan sayap bisnisnya. Ia kini tengah bersiap meluncurkan Lakeside Ville tahap ketiga di Cina.

Yandhrie Arvian

Mesin Fulus Taipan Sjamsul

IMPERIUM bisnis itu kini dijalankan dari Negeri Singa. Di sanalah Sjamsul Nursalim—bekas raja udang Indonesia—melipatgandakan uangnya. Persoalan utang pada negara yang pernah membelitnya tak membuat kapal bisnis Sjamsul karam. Anak perusahaannya kini malah beranak pinak, mulai dari bisnis properti, ban, karet, batu bara, hingga popok bayi. Inilah mesin fulus keluarga Sjamsul. YA

Tuan Sing Holdings Ltd. Total Aset Sin$ 574 juta (Rp 3,47 triliun) Pendapatan Sin$ 452 juta (Rp 2,7 triliun) CEO David Lee Kay Tuan (menantu Sjamsul, suami Michelle Liem Mei Fung) Direktur Eksekutif William S.Nursalim (putra Sjamsul) Komisaris Michelle Liem Mei Fung (putri Sjamsul)

Kepemilikan Saham

  • Liem Mei Kim (putri Sjamsul) dan Michelle Liem Mei Fung,5 persen (lewat Nuri Holdings Ltd.)
  • Sjamsul dan Itjih Go Giok Lian (istri Sjamsul) 7,24 persen

Properti Anak perusahaan: 36

Singapura Apartemen Botanika Kondominium Adam Park Leedon Park Development Kingsville Limau Villas

Cina Lakeside Ville Green Garden Phase II Narcissus Garden Phase II Magnolia Garden Green Garden Phase I Narcissus Garden Phase I Jasmine Garden

Australia Grand Hotal Group

Jasa Industri SP Corporation Ltd (saham 80,19 persen)

Memproduksi ban. Menjual batubara, karet, bahan kimia, dan mendistribusikan pembalut perempuan hingga popok bayi Anak perusahaan: 23

Hypak Sdn. Berhad (saham 97,7 persen) Memproduksi kantong tenun untuk pupuk, gula, tepung, dan makanan

Retail

TS Planet Sport Pte. Ltd. (saham 100 persen) Memiliki 60 persen saham Pam-West Ltd., distributor utama berbagai perlengkapan golf (baju, stik, sepatu) merek Honma, Callaway Golf, Cleveland Golf, Katana Golf, dan Yamaha Golf. Anak perusahaan: 15

Teknologi TS Technologies Pte. Ltd. (saham 100 persen)

Lewat Liem Mei Kim dan Michelle Liem Mei Fung, menguasai 84,23 persen saham Gul Technologies Pte. Ltd., produsen papan sirkuit elektronik terbesar di Asia Selatan. Anak perusahaan: 11

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus