Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bachtiar, 37 tahun, masih harus menahan nyeri. Operasi untuk mengatasi gangguan di saluran kencing, Kamis pekan lalu, batal dilaksanakan garagara listrik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mendadak padam. Pembangkit listrik diesel (genset) yang ada cuma sanggup menyuplai listrik separuh dari kamar-kamar bedah di sana. Empat pasien lain juga urung dibedah.
Itulah secuil potret kegiatan yang sempat terhenti akibat padamnya listrik di seantero Jakarta dan Banten, serta sebagian Jawa-Bali sejak pukul 10.23 WIB, Kamis pekan lalu. Sampai-sampai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Kepala Kepolisian RI dan Kepala Badan Intelijen Negara menyelidiki penyebabnya.
Menurut Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Eddie Widiono, pasokan listrik terhenti akibat kerusakan pada saluran udara tegangan ekstratinggi 500 kilovolt. Jaringan transmisi ini mengular dari Cilegon, Cibinong, sampai Saguling. Jalur yang sama pernah terganggu pada September 2002, yang membuat listrik padam selama dua hari.
”Enam unit pembangkit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Suralaya, Banten, dan dua unit PLTU Paiton, Jawa Timur, jadi tidak bisa beroperasi,” kata Eddie. PLTGU Muara Karang dan Tanjung Priok, Jakarta, ikut-ikutan ngadat. Semestinya, kedua pembangkit ini memisahkan diri secara otomatis begitu jaringan transmisi terganggu.
Padamnya listrik mengakibatkan 11.400 megawatt hour (MWh) pasokan listrik hilang atau hampir 80 persen dari total suplai 14.600 MWh. Sekitar 3,1 juta pelanggan di Jakarta dan Banten, serta sebagian Jawa-Bali mengalami pemadaman. Sebab-musabab kerusakan transmisi masih dicari. Kata Eddie, ular yang melintas di kabel bisa jadi penyebab.
Denyut perekonomian Jawa-Bali sempat mandek. Anjloknya listrik secara mendadak itu mendadak sontak membikin pabrik-pabrik berhenti berproduksi, kantor-kantor tak lagi terang-benderang, kereta listrik mogok, anjungan tunai mandiri (ATM) perbankan tak bisa bertransaksi, dan aktivitas di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, terganggu.
Industri tekstil yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya mengaku kehilangan pendapatan sampai Rp 55,1 miliar. ”Pemadaman listrik sekitar enam jam itu melumpuhkan sebagian besar mesin produksi,” kata Irwandy M.A. Rajabasa, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Jakarta.
Perinciannya, kerugian industri spinning ditaksir mencapai Rp 10,5 miliar. Pabrik tenun diperkirakan kehilangan keuntungan Rp 26,6 miliar. Industri garmen merugi hingga Rp 18 miliar. Semua kerugian ini, kata Irwandy, bakal membengkak sebab ada denda yang mesti dibayar akibat pengiriman tekstil terlambat.
Padamnya listrik juga mengakibatkan ribuan warung internet (warnet) berhenti beroperasi. Menurut Ketua Asosiasi Warnet Indonesia, Judith M.S., uang yang melayang mencapai angka Rp 1 miliar. ”Kami sangat tergantung pada pasokan listrik PLN,” kata dia.
Kereta rel listrik (KRL) Jabotabek lumpuh. Juru bicara Daerah Operasi Jakarta, Akhmad Sujadi, mengatakan, selama lima jam pihaknya tidak bisa mengoperasikan KRL. Bahkan pemadaman itu berbuntut kerusakan sinyal keesokan harinya sehingga ular besi ini kembali mogok. PT Kereta Api menderita kerugian lebih dari Rp 200 juta.
Memang, tidak semua aktivitas perekonomian terganggu, misalnya perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). ”Kami memiliki UPS (sistem cadangan listrik),” kata Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah. BEJ hanya sempat gelap gulita dan sistem transaksi jarak jauh terputus dalam hitungan menit saja.
Dalam kaitan padamnya listrik secara mendadak di wilayah Jawa dan Bali akibat kerusakan pada saluran udara tegangan ekstratinggi 500 kilovolt ini, PLN siap bertanggung jawab dan memberi kompensasi kepada masyarakat yang merasa dirugikan. Hanya saja, kata Eddie Widiono, mesti lewat prosedur yang sudah ditetapkan. ”Kalau ada yang mau mengajukan gugatan, kami akan hadapi,” kata dia. Perusahaan listrik pelat merah ini mengaku merugi juga Rp 15 miliar akibat kerusakan jaringan itu.
Stepanus S. Kurniawan, Retno Sulistyowati, Sutarto, Indriani Dyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo