Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konsorsium yang dibentuk oleh JP Morgan dan Kingsclere Finance Limited, dua calon investor Kiani Kertas, terancam bubar saat tinggal sejengkal lagi mengambil alih Kiani. Keduanya mengambil jalan terpisah, dan kongsi pun bercerai sebelum bersanding.
Kiani sudah sejak awal tahun ini masuk ke daftar perusahaan yang akan dijual. Sang pemilik, kelompok Nusantara Energi, mengaku tak kuasa lagi menggelindingkan pabrik bubur kertas yang berkapasitas 500 ribu ton per tahun itu. ”Saya ada keterbatasan dana,” kata Prabowo Subianto, pemilik mayoritas Nusantara Energi, tentang alasan penjualan.
Ketimbang menjadi pemegang saham minoritas, Prabowo cs tampaknya memilih angkat kaki dari Kiani. Beberapa nama calon investor yang melirik-lirik Kiani mulai dibuka. Nama yang paling nyaring disebut adalah konsorsium yang dipimpin oleh JP Morgan.
Raksasa keuangan asal Amerika itu bukan wajah baru bagi Kiani. JP Morgan tercatat sebagai satu kreditor asing Kiani, yang totalnya mencapai US$ 350 juta. JP Morgan juga pernah menjadi penasihat keuangan untuk Kiani. Untuk mengambil alih kepemilikan Kiani, JP Morgan kemudian mengajak Kingsclere.
Saat itu, jatidiri Kingsclere tak terlalu jelas. Perusahaan itu disebut sebagai nomine dari sebuah perusahaan publik di Singapura. Pertengahan Juni silam, JP Morgan dan Kingsclere meneken kesepakatan nota kesepahaman jual-beli saham dengan Vayola Investment Limited, yang merupakan lengan Nusantara Energi yang mengendalikan Kiani Kertas.
Sepekan setelah penekenan nota kesepahaman, Kingsclere mengalihkan hak pembelian Kiani kepada United Fiber System. Inilah perusahaan publik jiran yang disebut-sebut berada di balik Kingsclere. Kingsclere memiliki pertalian dengan United Fiber karena kesamaan pemilik, yaitu Wisanggeni Lauw. Wisanggeni adalah keponakan konglomerat Prajogo Pangestu, yang menguasai Kingsclere serta memegang 15 persen saham United Fiber.
United Fiber memiliki bisnis kayu, konstruksi, dan properti. Di Indonesia, perusahaan ini memiliki aset berupa konsesi pengelolaan hutan seluas 268 ribu hektare, dan tengah membangun pabrik bubur kertas PT Marga Buana Bumi Mulia dan pabrik serbuk kayu PT Mangium Anugerah Lestari.
Pengalihan hak dari Kingsclere ke United Fiber meletuskan perpecahan di antara anggota konsorsium. JP Morgan, sang pemimpin konsorsium, dikabarkan tak tahu-menahu tentang kesepakatan antara Kingsclere dan United Fiber. Wisanggeni bahkan dituding telah berkali-kali menggunting dalam lipatan. ”Di belakang (JP Morgan), dia (Wisanggeni) mencoba meyakinkan Prabowo untuk menjual Kiani kepada United Fiber,” kata sumber Tempo.
Tudingan itu dibantah oleh Wisanggeni. Dalam versi Wisanggeni, tak ada permasalahan dalam konsorsium. Dalam kesepakatan ketiga pihak itu, kewajiban yang ditanggung oleh JP Morgan dan Kingsclere tak sama, ujar Wisanggeni menjelaskan. Wisanggeni tak merinci secara detail perbedaan itu.
Wisanggeni mengakui United Fiber belum mengantongi kesepakatan final pembelian Kiani. Kendati demikian, ia yakin posisi perusahaan yang memiliki kapitalisasi US$ 700 juta itu cukup kuat. United Fiber telah mendapat restu mengoperasikan pabrik. ”Selama proses uji tuntas yang akan berakhir 20 September esok,” ucap Wisanggeni. Sebagai kompensasi, United Fiber menjanjikan suntikan dana untuk biaya operasional pabrik dan gaji karyawan Kiani.
Sejauh ini JP Morgan enggan mengomentari hubungannya dengan sang kongsi. ”No comment,” kata Presiden Direktur PT JP Morgan Securities Indonesia, Gita Irawan Wirjawan, pekan lalu. Namun, sumber Tempo memastikan bahwa bankir investasi tersebut akan segera meluncurkan serangan balik.
JP Morgan bakal merancang kesepakatan baru dengan pemilik Kiani dalam pekan ini. ”Kesepakatan baru itu tidak akan melibatkan Kingsclere ataupun United Fiber,” kata sumber Tempo. Siapa yang akan digandeng oleh JP Morgan masih belum jelas.
Agus Suprayogi, Sekretaris Perusahaan Kiani, menyebut JP Morgan ataupun United Fiber masih sama-sama berpeluang mendapatkan Kiani. Hanya, nota kesepahaman yang diteken oleh ketiga pihak, Juni kemarin, praktis tak lagi laku. Sejauh ini para pemilik Kiani belum menentukan sikap akan berpihak ke siapa. ”Tawaran yang kami pilih tentu yang terbaik,” ujar Agus.
THW, Yura Syahrul
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo