Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Diskon peringatan Kemerdekaan RI jadi bungkus PLN dalam mendongkrak penjualan listrik pelanggan rumah tangga.
Penjualan jeblok di dua kelompok pelanggan industri dan bisnis.
Upaya lain menggeber ceruk pasar baru.
ENTAH sudah berapa grup WhatsApp yang disinggahi poster advertensi dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebelum akhirnya sampai di telepon seluler Martha Anggoro. Materi promosi itu berisi tawaran penambahan daya listrik buat pelanggan rumah tangga dengan harga miring.
Martha, pegawai negeri sipil di Kementerian Perhubungan, awalnya mendapat gambar iklan itu dari grup WhatsApp kantornya. Pria 29 tahun ini terpikat dan langsung mengajukan permintaan penambahan daya. “Mumpung sedang promosi,” kata Martha, Kamis, 30 Juli lalu.
Ketika petugas PLN kelar menambah daya listrik rumahnya, Martha pun meneruskan iklan tadi ke grup WhatsApp lain. Kali ini grup percakapan penghuni kompleks tempat tinggalnya di Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten, yang menjadi tujuan.
Keluarga kecil Martha sebetulnya sudah cukup dengan pasokan daya listrik sebelumnya, 1.300 volt-ampere (VA). Dia juga belum punya rencana menambah perkakas elektronik. Namun harga diskon yang ditawarkan, Martha mengungkapkan, mendorongnya meminta penambahan daya kepada PLN menjadi 2.200 VA. “Buat jaga-jaga juga kalau nanti mau nambah alat listrik,” ujar bapak dua anak ini.
Martha hanya satu dari puluhan ribu pelanggan PLN yang kepincut oleh promosi tersebut. Bertajuk “Program Tambah Daya SuperWow”, promosi diskon penambahan daya dari PLN bergulir sejak 13 Juli lalu. Sampai Rabu, 29 Juli lalu, jumlah pelanggan PLN yang mendaftar sudah mencapai 96 ribu. “Ini akan berdampak pada penjualan listrik PLN di sektor rumah tangga,” tutur Agung Murdifi, Executive Vice President Corporate Communication and Corporate Social Responsibility PLN, Kamis, 30 Juli lalu.
Martha dan pelanggan listrik lain pantas terpikat. Dalam program promosi itu, PLN memotong habis biaya penambahan daya listrik rumah tangga, antara lain dari biasanya Rp 969.900 menjadi Rp 170.845 saja untuk layanan peralihan dari golongan 1.300 VA ke 2.200 VA. Tarif baru tersebut juga berlaku buat penambahan daya hingga 5.500 VA.
Promosi yang akan berakhir pada 30 September mendatang ini memang dibungkus sebagai bagian dari perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun sebenarnya program tersebut merupakan salah satu jurus PLN untuk menggenjot penjualan listrik yang sedang ambles selama pandemi Covid-19.
Dalam catatan PLN, kinerja penjualan listrik pelanggan industri paling jeblok, hingga Juni lalu minus 7,18 persen dibanding Juni 2019 (year on year). Sektor bisnis juga negatif 6,68 persen. Angka penjualan hanya tumbuh di kelompok rumah tangga, yakni sebesar 9,84 persen, yang ditengarai efek dari kebijakan bekerja dan belajar dari rumah selama pandemi.
Anjloknya tingkat penjualan listrik itu membubarkan skenario apik pada dua bulan pertama 2020 yang membuat PLN sempat optimistis mengembangkan bisnisnya tahun ini. Pada Februari lalu, sebelum pandemi diumumkan menjangkiti Indonesia, tingkat penjualan listrik PLN secara bulanan (month to month) masih bisa tumbuh 7,95 persen. Namun angkanya berangsur-angsur melorot begitu wabah tiba.
Bermula pada Maret lalu, laju penjualan melambat, hanya tumbuh 2,36 persen. Setelahnya, angka penjualan justru minus 1,67 persen pada April dan negatif 10,31 persen pada Mei. Angka konsumsi setrum baru naik lagi pada Juni, 5,46 persen, setelah pemerintah mulai mengendurkan pembatasan aktivitas untuk menggerakkan perekonomian di tengah pandemi.
Secara keseluruhan, sepanjang semester I 2020, tingkat penjualan listrik PLN hanya tumbuh 1,47 persen dibanding Juni tahun lalu. Padahal, hingga Februari, pertumbuhan penjualan setrum year on year masih di angka 5,79 persen. “Pertumbuhan penjualan kami di tiga bulan pertama 2020 sebetulnya bagus,” ucap Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril saat dihubungi Tempo, Kamis, 30 Juli lalu. “Kami tidak menyangka ada pandemi setelah Maret 2020. Ketidakpastiannya jadi tinggi sekali.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo