Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan terbaru pemerintah hanya menyubsidi minyak goreng curah dan mencabut harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng kemasan tak lantas membuat pasokan barang kebutuhan pokok tersebut langsung berlimpah di tingkat retai. Sebagian warga di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, misalnya, masih kesulitan menemukan minyak goreng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya adalah Atamina. Perempuan berusia 41 tahun itu sampai harus blusukan ke sejumlah toko di dua pasar tradisional untuk mencari minyak goreng. Di toko-toko yang berada di Pasar Sidorame Kertagena Laok dan Pasar Duko di Desa Duko Timur, Kecamatan Larangan, ia tak menemukan satu pun kemasan minyak goreng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Padahal besok malam Nisfu Sya'ban. Saya tidak tau harus membeli minyak goreng dimana, karena semua toko yang saya datangi kosong," ujarnya, Rabu, 16 Maret 2022.
Malam Nisfu Sya'ban punya arti penting karena merupakan malam sedekah. Di malam itu, warga biasa membawa makanan ke masjid dan musala untuk dibagikan kepada warga yang mengikuti kegiatan istighatsah dan membaca Al Quran surat Yasin.
Hal serupa dirasakan Arianti. Perempuan berusia 30 tahun asal Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, hingga Rabu malam kemarin sudah menyambangi enam toko untuk berburu minyak goreng karena persediaan di rumahnya telah habis.
"Tapi semuanya tidak ada. Semuanya kosong. Katanya pasokan dari distributor lambat," ujar Arianti.
Toko pertama yang didatanginya adalah Swalayan Sinar Anugerah di Jalan Jokotole Pamekasan. Karena tak menemukan minyak goreng, ia melanjutkan pencarian ke Toko Basmalah di Jalan Raya Pamekasan-Sumenep dan Toko Bagus di alamat yang sama, tapi stok juga kosong.
Perempuan paruh baya ini kemudian mencari ke toko milik MWC Nahdlatul Ulama di Kecamatan Larangan, yakni di sebelah barat Pasar Tradisional Keppo. Di situ persediaan minyak goreng juga kosong.
Selanjutnya ia mencari minyak goreng ke toko Wina Mart di Duko Timur, Kecamatan Larangan, dan sebuah toko kelontong di alamat yang sama. Hasilnya nihil, minyak goreng tetap langka.
"Saya baru menemukan ada toko yang menjual minyak goreng di sebuah warung kecil Sokalelah dengan harga Rp 17 ribu per liter, itu pun hanya tinggal beberapa bungkus saja," katanya.
Selain Arianti, sejumlah ibu-ibu rumah tangga di Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan lainnya juga mengakui hal yang sama.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pamekasan, Achmad Sjaifudin, menyatakan, stok kosong minyak goreng di sejumlah toko di Pamekasan, kemungkinan karena aksi panik warga.
"Kalau dari sisi distributor sebenarnya stok banyak dan melimpah, karena kami telah melakukan sidak secara langsung ke sejumlah toko grosir dan distributor minyak goreng," katanya.
Namun begitu, Achmad berjanji akan melakukan koordinasi lebih lanjut dan menerjunkan kembali tim ke lapangan untuk menyelidiki habisnya persediaan minyak goreng di beberapa toko swalayan dan toko kelontong di Pamekasan itu.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Selasa lalu resmi mencabut subsidi atas minyak goreng dalam kemasan. Pemerintah memutuskan hanya menyubsidi minyak goreng curah. Subsidi diberikan dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDPKS), dari yang sebelumnya hanya untuk minyak goreng kemasan.
"Pemerintah memutuskan akan mensubsidi harga minyak kelapa sawit curah itu sebesar Rp 14.000 per liter," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai rapat terbatas dengan Jokowi, Selasa, 15 Maret 2022.
Sementara harga minyak goreng kemasan tak lagi diatur oleh pemerintah. Jika sebelumnya pemerintah mematok harga eceran tertinggi untuk produk itu, kini harga minyak goreng kemasan mengikuti mekanisme pasar.
Kebijakan tersebut diambil pemerintah setelah memperhatikan situasi penyaluran dan keadaan distribusi minyak goreng saat ini. Selain itu, harga komoditas di pasar global yang terus naik. "Termasuk minyak nabati dan di dalamnya juga termasuk, minyak kelapa sawit," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, menjelaskan, dengan melepas minyak goreng ke harga pasar, tak tertutup kemungkinan harga minyak goreng di Indonesia tak berbeda dengan negara tetangga yang juga produsen sawit terbesar di dunia yakni Malaysia. "Di Malaysia kan kemarin Rp 22.000, sementara kita Rp 14.000. Ini gap-nya kan harus juga diperhatikan," tuturnya.
ANTARA | FAJAR PEBRIANTO
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.