Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang bebek yang merangsek

Bisnis sepeda motor kembali berkibar. lantaran teknologinya lebih canggih, bunganya turun? atau karena harga mobil kian tak terjangkau?

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASA bulan madu kini merasuki bisnis sepeda motor. Sampai Juni lalu telah terjual 284 ribu unit. Kalau melaju terus, diperkirakan hingga tutup tahun ini akan laku 600.000 motor. Jumlah itu hampir mendekati kapasitas terpasang industri sepeda motor Indonesia. Benar, kenaikannya tak mencolok. Namun, selama tiga tahun terakhir, angka penjualan menaik dari 415.000 ke 441.000, dan tahun lalu 490.000 unit. Khusus untuk tahun ini diperkirakan omzet akan naik 100% dibandingkan dengan empat tahun lalu. Waktu itu produsen motor sempat bingung. Dengan omzet 260.000 unit atau 30% kapasitas terpasang, mau tak mau produsen memutar otak agar tetap bekerja tanpa merugi. Federal Motor, produsen Honda, membikin sepeda, spion mobil, helm, boks TV, komponen kloset, sampai mengekspor motor. Suzuki mengalihkan karyawannya ke perakitan mobil. Dan Yamaha membuat komponen elektronika untuk pengepresan bodi setrika listrik dan rice cooker. Memang, si roda dua sempat tak dilirik orang. Harganya tak terjangkau. Kalau beli secara kredit, terasa mahal karena suku bunganya di atas 25% per tahun. Kalaupun ada uang, orang condong membeli mobil bekas. Lebih bergengsi. Lima tahun lalu minibus bekas bisa dibeli Rp 3,5 juta, sedikit mahal dari Yamaha Alfa yang Rp 2,1 juta on the road. Animo beli juga sempat terpengaruh ''obral'' mobil baru minibus dan Kijang, yang dipromosikan dengan uang muka rendah dan cicilan tanpa bunga. Kini yang paling menikmati maraknya pasar adalah Honda, memimpin dengan 164.000 unit, disusul Yamaha 75.000, Suzuki 39.000, dan Vespa 8.000 unit. ''Kenaikan penjualan Honda tahun ini diperkirakan 20% dari tahun lalu,'' kata Santoso Liman, manajer pemasaran Honda. Yamaha pernah terbesar juga naik. Bagi Yamaha, ini era kebangkitan setelah terperosok dari 200.000 ke cuma 30.000-an unit (1982). Dua besar ini bersaing ketat di jenis yang sama, motor bebek. Persaingan tampak gencar dalam iklan TV. Honda dengan Black Astrea keluaran 92 dijagokan paling irit dengan mesin 4 tak tanpa minyak oli samping. Yamaha pun tak mau kalah dengan Force 1 yang diiklankan sebagai motor bertenaga besar dan berlari cepat. Bagi kedua besar ini, jenis bebek memang primadona. Sekitar 80% penjualan Honda dan 70% penjualan Yamaha adalah jenis ini. Mungkin karena tipe bebek gampang dikendarai, irit, mudah dirawat. Selain itu, layak sebagai investasi karena mudah dijual lagi dan harganya pun tinggi. Tapi kalau banyak yang berpaling ke motor, mungkin juga ada kaitannya dengan harga mobil yang kian tak terjangkau. Di samping itu, prosedur kredit motor makin mudah dan bunganya makin murah. ''Suku bunganya cuma 1,1% per bulan selama 2 tahun,'' kata Bambang Asmarabudi, asisten manajer PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, kepada Rihad Wiranto dari TEMPO. Penjualan Yamaha lewat kredit sekitar 50%. Adapun Honda, pembelian tunainya cuma 20%. Bagi pihak leasing, kredit jangka pendek dengan jaminan bukti kepemilikan kendaraan, selain untung juga aman dari kredit macet. Pasar motor diduga akan lebih cerah. Ada pendapat, satu dari 30 penduduk perlu motor, atau total 6 juta penduduk akan naik motor. Ini jumlah menggiurkan. Namun, eksekutif puncak Honda Sales Operation, Yohannes Hermawan, enggan meramal prospek sepeda motor ini. ''Bisnis kan tergantung minat beli,'' katanya datar. Indrawan, Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus