HARI itu, agak di luar kebiasaan, ribuan surat saham berbagai perusahaan dilepas para pemiliknya: panik. Hal itu terjadi, terutama, sesudah Jardine Matheson and Company, perusahaan dagang terkemuka di Hong Kong, mengumumkan rencana memindahkan induk perusahaannya ke Bermuda, Amerika Tengah, Juni mendatang. Pada Kamis pekan lalu yang panas itu, surat saham Jardine ditutup dengan harga HK$ 11,30 per lembar, turun HK$ 1,30. Menurut para pengamat, kepindahan Jardine itu memang erat berkaitan dengan perundingan antara pemerintah Inggris dan RRC untuk menentukan kehidupan bisnis swasta, sesudah masa sewa Hong Kong habis pada 1997. Sekalipun induk perusahaan itu pindah ke Bermuda, kantor pusatnya akan tetap berada di koloni itu. Pendeknya, menurut Simon Keswick, Presiden Direktur Jardine, pemindahan induk perusahaan "bukan berarti kami akan mengurangi usaha melakukan ekspansi bisnis baik di Hong Kong maupun Asia." Tujuan pokok pemindahan induk perusahaan, kata Keswick, sesungguhnya dilakukan pula untuk menyebarkan risiko kegiatan bisnis Jardine di luar negeri. Dengan demikian, jika kelak Hong Kong diambil alih Beijing dan kemudian iklim usaha di sana berubah, perusahaan ini tentu tak akan terpengaruh karenanya. "Tidak ada seorang Fun yang mau meletakkan semua telur millknya di dalam hanya sebuah keranjang," ujar Keswick. Kini sekitar 72% kegiatan bisnis Jardine berada di Hong Kong, katanya, tapi secara berangsur kami ingin mengurangi kegiatan di sana hingga tinggal 50% saja." Perusahaan lain yang disebut-sebut bakal mengikuti langkah itu adalah The Hong Kong and Shanghai Banking Corp. Pada hakikatnya, memang banyak perusahaan dagang (hong), yang membuat suatu skenario buruk atas masa depan Hong Kong sesudah 1997, juga sudah berpikir untuk meninggalkan koloni itu. Belum jelas apakah kelompok First Pacific Finance, First Pacific Holding Co., yang sebagian besar sahamnya dikuasai Liem Sioe Liong, juga akan keluar dari sana. Bagi Jardine sendiri, demikian Keswick, kepindahan itu sudah dipikirkannya selama dua tahun, dan telah banyak negara diamati sebelum akhirnya mereka memilih Bermuda. Baru tahun ini, memang, perusahaan itu benar-benar mewujudkan rencananya. Waktunya tepat kata seorang pejabat Jardine di London, mengingat kepercayaan kaum bisnis terhadap Hong Kong sudah pulih kembali. "Jadi, pengaruh pengumuman kami sesungguhnya sangat kecil," tambahnya. "Tapi, jika kami pindah tahun lalu, saat kepercayaan dunia usaha terhadap Hong Kong sedang rendah, pengaruhnya akan sangat besar." Mengapa ke Bermuda? Letaknya, kata Keswick, sangat strategis: berada di persimpangan antara Luksemburg, Swiss, Selandia Baru, dan Hong Kong. Tapi, kata sejumlah pengusaha, negara pulau itu dipilih sebagai markas besar induk perusahaan tadi jelas berkaitan erat dengan keringanan pajak. Anggapan ini tampaknya cukup beralasan mengingat baru bulan lalu pemerintah Hong Kong menaikkan tarif pajak perseroaan di sana dari 17% jadi 18,5% setahun. Benar tidaknya anggapan itu, pengumuman Jardine sempat menimbulkan kepanikan dan menyebabkan harga surat saham berbagai perusahaan jatuh. Penampilan Jardine sendiri, yang mempunyai usaha di bidang perkapalan, angkutan udara, asuransi, pelayanan, pengeboran minyak, perkantoran, dan jasa keuangan, pada 1983 lalu agak suram. Laba sebelum pajak yang diperolehnya ternyata hanya HK$ 139 juta (US$ 17,8 juta), atau turun 80% dibandingkan tahun lalu. Padahal, langkah penghematan sudah banyak dilakukan: perusahaan ini, misalnya mendadak membatalkan biaya sponsor HK$ 1 juta untuk pesta kembang api menyongsong Tahun Baru Cina belum lama ini. Jardine, yang didirikan 1832, mula-mula bermarkas besar di Kanton, RRC, sebelum akhirnya, pada 1841, pindah ke Hong Kong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini