Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang minder dan keblinger

Kongres federation of asian master (famt) berlangsung di jakarta. jahitan indonesia untuk busana model safari paling baik di dunia. para penjahit kecil terdesak. mereka menjual jasa pada pengusaha garmen

22 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGANLAH menilai orang dari pakaiannya, begitu bunyi pepatah lama yang sudah tidak pas lagi dengan tuntutan hidup masa kini. Sekarang busana menentukan bonafiditas seseorang. Di mata para pengusaha, misalnya, semakin berselera tinggi busana yang dikenakan seseorang, semakin bonafidelah dia. Nah, untuk memperoleh busana dengan desain dan mutu jahitan kelas satu, kini Anda tak perlu menjahitkannya ke Singapura atau ke Paris. Penjahit dalam negeri juga sudah bisa diandalkan. Keterampilan dan desain mereka boleh dibilang memenuhi kualifikasi internasionai. Hal itu dinyatakan oleh Menteri Muda Perindustrian Tungky Ariwibowo, pada acara pembukaan kongres Federation of Asian Master Tailors (FAMT) di Jakarta, pekan lalu. "Tailor di Indonesia sudah setingkat dengan tailor di luar negeri," katanya. Bahkan, untuk busana model safari, jahitan Indonesia boleh dibilang nomor satu di dunia. "Safari buatan Indonesia selalu dijadikan contoh oleh tailor luar negeri," kata A. Tham Gozali, grandmaster tailor Indonesia, yang menjadi presiden FAMT untuk periode 1988-90. Suara senada dikemukakan oleh Wong Siew Kuen, peserta dari Singapura. "Mutu tailor di Indonesia berkembang sangat pesat," katanya. Memang, dalam soal desain (karena ditunjang oleh peralatan yang lebih canggih), penjahit Amerika dan Eropa lebih maju. Namun, dalam mutu akhir, "tailor Asia tidak kalah dari mereka," tambahnya. Dari segi tarif, penjahit Indonesia termasuk murah. Untuk ongkos menjahit safari, penjahit Indonesia hanya memasang tarif Rp 150 ribu. Sedangkan tarif penjahit Inggris atau Italia antara Rp 625 ribu dan Rp 2 juta per setel. Hanya dalam pembuatan setelan jas, buatan Indonesia kalah mutunya dibanding produk penjahit Jepang. Tapi, menurut A. Tham, hal itu tidak akan berlangsung lama. Melalui forum seperti Kongres FAMT, masalah kualitas akan secepatnya diatasi karena kongres ini memang forum diskusi antarpenjahit se-Asia. Pada hari kedua, misalnya, peserta dari Jepang memperagakan keahliannya dalam memotong dan menjahit jas dengan menggunakan peralatan modern. "Itu bisa kita tiru," kata Ham Elli, pemilik Bonanza Tailor. Hanya saja, tidak semua penjahit di Indonesia bisa ikut menyaksikan peragaan tersebut -- terutama penjahit-penjahit kelas teri. Soalnya, tidak semua penjahit menjadi anggota Perhimpunan Tailor Indonesia (PTI). Para penjahit kecil, misalnya, rata-rata merasa minder kalau berhadapan dengan tailor besar. Dan akhirnya keblinger. "Satu demi satu, mereka mengundurkan diri dari asosiasi," kata Sidi Ali Bakri, pemilik President Tailor. Karena ketinggalan mode dan teknologi, penjahit kecil semakin terdesak. Apalagi mereka tidak cuma menghadapi tailor besar, tapi juga pengusaha garmen yang berkembang pesat sekali. Tampaknya, penjahit kecil yang kurang modal dan kurang skill itu berada dalam posisi terjepit. Soalnya, perusahaan garmen yang lebih unggul dalam segi modal itu bisa menghasilkan produk masal yang membuat harga satuan jadi lebih murah. Sehelai celana panjang, misalnya, bisa dibeli dengan Rp 10 ribu. Sementara itu, celana panjang buatan penjahit, kalaupun tidak lebih mahal, toh konsumen harus menunggu, sedikitnya satu minggu. Akibatnya, banyak penjahit menjual jasanya pada pengusaha garmen atau pemilik toko tekstil. Ini bisa terlihat di Blok III Proyek Senen, Jakarta. Mereka hanya menerima ongkos menjahit Rp 6.000, sementara toko tekstil menetapkan tarif yang pasti jauh lebih tinggi. "Posisi tailor kecil menjadi semakin terdesak," kata Sidi Ali. A. Tham menyarankan agar para penjahit menjalin kerja sama dengan pabrik pakaian jadi. Gagasan itu sudah dilaksanakan A. Tham dan beberapa rekannya. BK dan Indrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus