Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto di bidang swasembada pangan diwujudkan dengan stop impor beras, jagung, kedelai, gula, hingga garam. Ia pastikan sudah tidak lagi impor sejumlah komoditas itu tahun 2025 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dipastikan tidak impor beras, jagung, gula. Ada juga garam," ujar Zulhas saat menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) 2025 di Diamond Solo Convention Center, Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu, 15 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun untuk mengantisipasi imbas setop impor tersebut, menurut Zulhas, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pihak-pihak terkait untuk penyediaan pangan. Ia menyebut ada sejumlah program yang telah disiapkan oleh pemerintah.
"Harus kerja sama untuk menyediakan pangan, kalau tidak bisa menyediakan pangan bagaimana tidak impor," ucap dia.
Zulhas mengatakan beberapa program yang akan dilaksanakan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan itu di antaranya pembangunan saluran irigasi.
"Tahun ini pemerintah akan fokus menyelesaikan pembangunan irigasi, kemudian yang rusak juga diperbaiki,” kata dia.
Adapun untuk ketersediaan pupuk, Zulhas mengatakan, jika tahun 2022 lalu kuota pupuk 7 juta ton, tahun ini disediakan 9,55 ton. Pendistribusian pupuk pun akan dilaksanakan sesuai aturan yang baru yang kini menjadi ranah Kementerian Pangan.
“Kini tanggung jawab pupuk hanya di Kementerian Pertanian, yang didistribusikan Pupuk Indonesia kepada petani,” ucap dia.
Terkait penyuluh petani, kata Zulhas, akan jadi pegawai pusat. Jumlahnya dari 37 ribu orang akan ditambah minimal tiap desa satu.
"Tahun lalu, produksi gabah 52 juta ton lebih, maka tahun ini kita targetkan 64 juta ton gabah. Kita tingkatkan," ujarnya.
Zulhas juga mengungkap persoalan sektor pertanian saat ini minimnya minat anak muda terjun di dunia pertanian. Mayoritas petani saat ini berusia 50-60 tahun.
"Petani semua tua, gak ada yang muda, 50-60 tahun. Dulu di era Soeharto 65 persen tenaga sektor pertanian, sekarang 25 persen, tua-tua karena (pertanian) gak menarik. Pupuk telat akhirnya rugi. Lama lama sawahnya dijual, ladang dijual," katanya.
Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan, negara punya kebijakan menuju swasembada yang berkelanjutan. Atas dasar itu, Perpadi harus menempatkan diri sebagai bagian dari dari bangsa.
"Maka kami dorong teman-teman untuk kesana (mendukung swasembada). Tapi harus ada kebijakan pemerintah yang bisa mengakomodasi kaitannya revitalisasi (alat) dan harga pembelian (beras) pemerintah,” ucap dia.
Pilihan Editor: Anggaran Infrastruktur Dikurangi untuk Makan Bergizi Gratis