Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak informasi kesehatan telah tersedia dalam jaringan Internet. Penelitian tahun 2013 menunjukkan, 1 dari 3 orang dewasa telah menggunakan Internet untuk mencoba mencari informasi tentang kondisi medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip publikasi ilmiah berjudul Cyberchondria Amidst Covid-19 Pandemic: Challenges and Management Strategies jumlah angka itu naik beberapa beberapa tahun belakangan. Penyebabnya ketika orang mulai mencari informasi terbaru tentang pandemi Covid-19.
Mengapa orang mengalami cyberchondria?
Sebagian orang menganggap akses informasi daring tentang kesehatan bermanfaat untuk membantu perawatan. Tapi, untuk sebagian yang lain, gejala mencari tahu masalah kesehatan di Internet cenderung menakutkan, terkadang orang menganggap dirinya memiliki kondisi kesehatan yang serius. Kondisi itu dikenal sebagai cyberchondria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merujuk Psych Central, cyberchondria adalah istilah untuk menyebut seseorang yang mengembangkan kecemasan ekstrem yang tak beralasan menggunakan Internet untuk mencari informasi medis. Kecemasan yang muncul dari pencarian online mungkin akan tetap ada, walaupun sudah tak lagi menelusuri jaringan Internet. Padahal, belum ada konfirmasi profesional medis terhadap kondisi kesehatan.
Cyberchondria bukanlah diagnosis formal. Itu sebabnya, tak tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Istilah ini plesetan dari kata hipokondria dikenal juga sebagai gangguan kecemasan penyakit yang tercantum dalam DSM-5.
Tanda-tanda cyberchondria
Cyberchondria bukan diagnosis formal. Tak ada gejala resmi kriteria diagnosis. Menurut publikasi ilmiah berjudul Cyberchondria: Parsing Health Anxiety From Online Behavior, berikut beberapa kondisi yang menandakan Cyberchondria.
1. Menghabiskan setidaknya 1 jam hingga 3 jam untuk memeriksa gejala secara online
2. Pencarian online mengakibatkan merasa tertekan dan cemas
3. Kebutuhan untuk mencari informasi kesehatan terasa memaksa dan sulit ditolak
4. Takut memiliki beberapa penyakit, bukan hanya satu atau dua
5. Merasa perlu mencari kepastian dari dokter atau profesional medis
6. Tidak mempercayai jawaban yang didapatkan dari profesional medis
7. Merasa kebutuhan memaksa untuk memeriksa kembali gejala secara online, bahkan setelah melakukan pencarian menyeluruh sebelumnya. Pada beberapa hari, mungkin memeriksa kembali gejala empat atau lima kali, bahkan lebih.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.