Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alasan Penderita Anosmia Wajib Tes COVID-19, Apa Itu?

Kehilangan indera pencium dan perasa atau anosmia adalah gejala COVID-19 sehingga penderitanya harus mengikuti tes virus corona.

22 Mei 2020 | 15.15 WIB

Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Anosmia adalah istilah medis untuk kehilangan indera penciuman. Kondisi ini menjadi gejala ketiga dari infeksi virus corona selain batuk terus menerus dan suhu tubuh tinggi, yang menjadi syarat tes COVID-19 di Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Empat kepala petugas medis Inggris mengatakan hilangnya bau dan rasa yang diakibatkan oleh anosmia dapat menjadi acuan untuk pengujian virus tanpa harus menunggu dua gejala lain. Dilansir Guardian, hasil riset yang dilakukan oleh NERVTAG, yang merupakan kelompok penasihat ilmiah pemerintah, menunjukkan antara 24-29 Maret 2020, 59 persen pasien yang dites positif COVID-19 tidak dapat mencium bau dan rasa dibandingkan dengan 18 persen dari yang dites negatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Ketika dikombinasikan dengan gejala lain, orang dengan kehilangan bau dan rasa tampaknya tiga kali lebih mungkin untuk tertular COVID-19 menurut data kami," ujar wakil kepala petugas kesehatan Inggris, Jonathan Van-Tam.

Karenanya, setiap pasien positif diwajibkan mengisolasi diri selama tujuh hari untuk mengurangi penyebaran penyakit. Meski demikian, Van-Tam mengatakan hingga kini pihaknya belum memiliki angka pasti berapa banyak orang yang mengalami gejala kehilangan indera pencium dan perasa, apakah hanya terjadi di kelompok tertentu saja atau merupakan gejala umum.

"Kami telah melihat beberapa petunjuk dari sejumlah literatur bahwa anosmia kemungkinan lebih sering terjadi pada wanita," katanya.

Ada juga studi tentang proporsi yang mengatakan anosmia sering ditemukan dialami oleh populasi yang lebih muda. Tim Spector dari seorang profesor dari King’s College London, telah mengumpulkan data tentang gejala yang dilaporkan oleh jutaan orang di Inggris yang mengunduh aplikasinya.

Dia mengatakan bahwa setidaknya jika sejak 1 April ada orang-orang yang kehilangan indera pencium atau perasa, harus segera mengisolasi diri. Waktu pengumuman ini penting, apalagi Inggris telah melonggarkan lockdown dan deteksi infeksi harus dilakukan sedini mungkin guna melacak kontak.

Dilansir BBC, jika Anda atau orang yang tinggal bersama memiliki gejala-gejala ini, disarankan untuk tetap di rumah guna meminimalisir risiko penularan kepada orang lain. Gejalanya antara lain batuk terus menerus selama durasi lebih dari 1 jam atau mengalami tiga atau lebih episode batuk-batuk dalam 24 jam. Kemudian, demam dengan suhu tubuh di atas 37,8 derajat celcius.

Daftar gejala yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga termasuk menggigil, gemetar berulang, nyeri otot, dan sakit tenggorokan.

Setidaknya perlu waktu lima hari untuk gejala mulai tampak tetapi ada juga orang-orang yang merasakannya setelah lebih dari lima hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan inkubasi virus corona berlangsung hingga 14 hari.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus