Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan hasil penelitian SEANUTS II, berdasarkan jenis kelamin, usia, maupun wilayah, anak-anak di Indonesia, khususnya Jawa dan Sumatra, aktivitas fisik masih di bawah rekomendasi. Peneliti SEANUTS II Indonesia, Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO, K-APK, mengingatkan selain olahraga, aktivitas fisik juga penting dilakukan anak agar tetap sehat dan bugar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau kita di Indonesia biasanya hanya mengenal istilah olahraga. Bahwa sebetulnya yang harus dipahami adalah tiga, yaitu aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga. Ketiganya ini bertujuan untuk mencapai titik kesehatan dan titik kebugaran," kata perempuan yang akrab disapa Tata itu. “Seseorang yang sehat itu belum tentu bugar. Tapi seseorang yang bugar sudah pasti sehat. Dan bugarlah yang bisa membantu untuk mengoptimalkan tumbuh kembang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih lanjut, dia menjabarkan aktivitas fisik kardio seperti berlari juga dapat mempengaruhi massa otot anak-anak. Oleh sebab itu, selain gizi, aktivitas fisik anak juga harus terpenuhi sesuai rekomendasi.
"Karena bagaimana pun kardio itu adalah komponen terpenting. Jadi, dia akan memberikan suplai oksigen ke mana-mana dulu, akan memperbaiki metabolisme dulu, sehingga ketika dia melihat aktivitas yang kaitannya dengan otot dia jauh lebih optimal," jelas Tata. "Jadi kalau kardionya bagus biasanya untuk yang kaitannya dengan otot ini juga bagus, namun tidak sebaliknya."
"Dengan mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan, bisa dihitung tingkat pemenuhannya. Jadi, ternyata di sini tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak-anak usia kelompok 7 sampai 9 berdasarkan jenis kelamin ternyata masih berada pada tingkat yang rendah," tuturnya.
Baca juga: Tips Pangkas Berat Badan tanpa Olahraga