Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alhamdulillah, alhamdulillah....” Berkali-kali kalimat syukur meluncur dari mulut Suyatmini. Perempuan paruh baya itu dapat kabar bahwa ada cara mengobati penyakitnya, setelah dua bulan bolak-balik berobat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo, Surabaya. Perutnya bengkak dan sakit karena limfanya bengkak.
Semula Suyatmini harus dioperasi, tapi ia menolak. Dia bukannya ngeri dengan tajamnya pisau bedah. Tapi biaya operasi yang berjuta-juta membuat warga Desa Sumberagung, Banyuwangi, Jawa Timur itu pusing tujuh keliling.
Suyatmini lantas mencoba menda-tangi Poliklinik Komplementer dan Alternatif yang masih bagian dari RSUD dr. Soetomo. ”Kami memberikan dua macam obat herbal dalam kapsul, berisi racikan daun meniran dan daun sambiloto,” tutur Djarot Sudiro, herbalog poliklinik tersebut. Masing-masing Rp 10 ribu per paket. Ini jelas jauh lebih murah.
Sejak berdiri pada Oktober 1999, Poliklinik Komplementer memang khusus menangani pasien rumah sakit yang memilih pengobatan alternatif. Pengobatannya dilakukan dalam berbagai tingkat, mulai dari memelihara kesehatan, mengobati penyakit, rehabilitasi, hingga perawatan paliatif bagi penderita penyakit stadium lanjut.
Djarot berkisah, pada awalnya poliklinik ini sempat ditentang dokter bedah rumah sakit tersebut. ”Karena mengacaukan jadwal operasi,” katanya. Suyatmini, yang sudah divonis operasi, batal karena memilih jalan pengobatan ini. Akhirnya poliklinik ini mensyaratkan agar pasien melampirkan surat keterangan, alasan yang bersangkutan memilih pengobatan herbal. Surat itu dikirim ke dokter bedah.
Lain lagi dengan Nusantara Medical Center, klinik kesehatan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sejak didirikan pada 2002, klinik ini sudah memadukan kombinasi pengobatan ala Barat dan Timur. Wajar bila apotek di klinik tersebut bukan cuma menyediakan obat kimia tapi juga herbal. Menurut Hardhi Pranata, pengobatan kombinasi Timur dan Barat ini mampu memberikan hasil maksimal.
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan otak, Hardhi Pranata sudah membuktikannya. Dalam penanganan stroke, misalnya, dia biasa memadukan obat konvensional seperti Aspirin dengan ekstrak cacing tanah dan nattokinase. Ini adalah enzim makanan jepang Natto, makanan hasil fermentasi kacang kedelai. Enzim ini memiliki efek menghancurkan gumpalan darah, sehingga baik buat penderita stroke. Terapi akupunktur juga dijalankan untuk mempercepat proses pemulihan.
Nunuy Nurhayati, Rohman Taufik (Surabaya)
Alami Tidak Selalu Aman
Obat adalah racun. Yang herbal dan alamiah juga tidak bebas dari zat berbahaya. ”Penggunaan yang tidak tepat bisa merusak kesehatan,” ujar Setiawan Dalimartha, Wakil Ketua Umum Persatuan Dokter Pengembangan Kesehatan Tradisional Timur. Air rebusan labu siam, misalnya, sangat bagus untuk menurunkan tekanan darah. Tapi jangan coba-coba diberikan kepada penderita asam urat. Tekanan darah turun, asam urat naik.
Cara meraciknya juga harus hati-hati. Tidak sedikit tanaman obat mengandung zat beracun. Kejadian pada era 1980 mungkin bisa dijadikan pelajaran. Saat itu gencar diberitakan kehebatan daun mindi sebagai penakluk penyakit darah tinggi. Cuma waktu itu tidak banyak yang tahu bahwa daun mindi hanya boleh dikonsumsi maksimal tujuh lembar untuk setiap rebusan untuk sehari. Pasalnya, daun ini mengandung zat mirip racun antiserangga. Korban pun berjatuhan.
Ada juga insiden daun kompri (Symphytum officinale L.) yang diklaim sebagai obat berbagai penyakit. Harganya pun sempat membubung sampai Rp 50 ribu per batang. ”Rebusannya memang bagus buat mengobati rematik,” tutur Setiawan. Tapi, setelah diteliti, tanaman ini mengandung zat racun alkaloid pyrrolizidine yang dapat membuat pembuluh darah di hati tersumbat. Bisa fatal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo