Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Muara Taweh - Buah durian dalam sepekan terakhir ini mulai membanjiri kota Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Saking surplus-nya, harga sebiji durian ada yang hanya Rp 10 ribu rupiah. Paling mahal dibandrol Rp 30 ribu rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: 5 Langkah Memilih Buah Durian Enak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mungkin kalau semua desa panen durian, harganya turun lagi, TINGGAL Rp5.000/buah. Ini terhitung murah dibandingkan sebelumnya," kata Agus, warga Desa Nihan Kecamatan Lahei Barat, Agus, ketika berada di Muara Teweh, Minggu, 1/1.
Menurut Agus, buah durian itu didatangkan dari sejumlah desa di pedalaman dan dibawa menggunakan angkutan sungai dan darat. Biasanya sejumlah perahu bermuatan durian akan bersandar di pinggiran Sungai Butong (anak Sungai Barito), lalu para pedagang yang sudah menungu akan mendatangi mereka.
Seorang warga Muara Teweh, Waway, mengatakan musim buah durian tahun ini mencapai booming, karena hampir semua pohon di desa selain di Kecamatan Teweh Tengah, Lahei, Lahei Barat dan Montallat, berbuah. "Atau istilah masyarakat setempat disebut duhian kakas kalu, yakni musim buah durian yang jatuh dari pohon sangat banyak," kata dia.
Durian ini berasal dari tanaman yang sudah berusia puluhan tahun. Kebanyakan dari jenis lokal. Durian memang salah satu produk hortikultura unggulan dan menjadi maskot Kabupaten Barito Utara.
Oleh warga, selain disantap langsung, buah durian dijadikan bahan baku untuk lampuk durian (dodol durian) serta tempuyak. Caranya, daging durian itu diolah melalui fermentasi lalu disuguhkan sebagai lauk saat makan.
Dalam situasi booming seperti sekarang, duren asal pedalaman Barito biasanya juga dikirim ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) dan sejumlah daerah lainnya.
ANTARA