Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Batuk Pilek karena Fenomena Aphelion? Begini Penjelasan Pakar

Benarkah fenomena aphelion menyebabkan orang terserang batuk pilek karena cuaca ekstrem? Simak penjelasan pakar.

27 Februari 2022 | 20.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anak sakit flu/pilek. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena aphelion disebut membuat banyak orang terserang batuk dan pilek. Aphelion merupakan istilah yang digunakan ketika posisi bumi berada pada titik terjauh dari matahari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan di tengah pandemi Covid-19 yang masih tinggi. Profesor Husin Alatas, Guru Besar IPB University Bidang Fisika Teori sekaligus pengajar mata kuliah Fisika Sistem Kompleks pada Program Studi Sarjana (S1) Fisika, menjelaskan secara ilmiah untuk memverifikasi berita yang beredar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Husin menjelaskan setiap tahun posisi aphelion bumi berlangsung pada kisaran awal Juli dan di 2022 ini diperkirakan akan jatuh pada 4 Juli. Titik perihelion dicapai bumi pada 4 Januari 2022.

"Apabila dibandingkan dengan rata-rata jarak antara bumi dengan matahari, maka penyimpangan titik aphelion hanya 1,68 persen, demikian juga dengan titik perihelion. Hal ini bersesuaian dengan nilai eksentrisitas orbit bumi yang bernilai 0,01671 atau dengan kata lain orbit bumi pada hakikatnya hampir berupa lingkaran," ujarnya, dikutip dari laman resmi IPB.

Husin melanjutkan apabila efek yang ditimbulkan oleh kemiringan poros rotasi bumi dibandingkan terhadap bidang orbit sebesar 23 derajat, yang menimbulkan perbedaan musim antara bumi bagian Utara dan Selatan, maka efek dari aphelion dan perihelion praktis relatif sangat kecil terhadap cuaca di bumi.

“Oleh karena itu, cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan, seperti munculnya gejala batuk dan pilek, kecil kemungkinannya disebabkan oleh kedua posisi bumi dari matahari tersebut,” kata Sekretaris Eksekutif Center for Tranadisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University ini.

Menurutnya, pemanasan global tampaknya berpeluang lebih memberikan dampak yang signifikan bagi terjadinya kondisi cuaca ekstrem belakangan ini. Fenomena aphelion hanya berlangsung sangat singkat dan untuk 2022 ini aphelion akan terjadi pada 4 Juli 2022 pukul 14.10 WIB.

Jarak antara bumi dengan jarak matahari mencapai 152.098.455 kilometer. Sementara, perihelion terjadi pada 4 Januari pukul 13.52 WIB dengan jarak bumi dan matahari mencapai 147.105.052 kilometer.

“Secara fisik sulit untuk merasakan efek dari posisi aphelion dan perihelion mengingat penyimpangan intensitas energi matahari yang sampai ke bumi dibanding dengan rata-rata tahunan hanya berkisar 3,5 persen saja,” tambah Husin.

Aphelion dan perihelion merupakan dinamika rutin alam yang terkait dengan orbit bumi yang berbentuk elips. Oleh karena itu, tidak perlu diposisikan sebagai sebuah fenomena yang berdampak negatif bagi kesehatan yang dapat dimunculkan pada dinamika cuaca. Kedua posisi istimewa bumi tersebut secara praktis berdampak relatif kecil dibanding kondisi rata-rata sehingga kecil peluangnya untuk menimbulkan perubahan cuaca ekstrem.

“Menghindari hoaks terkait fenomena alam yang dikaitkan dengan kondisi buruk tertentu perlu dilakukan dengan mengupayakan sikap kritis dan skeptis dan bersandar pada sains yang benar dan bukan pada pseudo-sains,” tutur Husin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus