Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deteksi dini adalah kunci dalam penanganan sebuah penyakit untuk meningkatkan angka kesembuhan. Ternyata cukup tinggi persentase keluhan mata yang mendahului gejala sistemik orang terinfeksi COVID-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unit Riset Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran pun tengah melakukan riset deteksi dini COVID-19 dengan observasi dan swab mata.
"Ini bisa menjadi skrining yang cepat dan murah untuk mengetahui siapa yang terinfeksi COVID-19 sehingga mempercepat penanganan pandemi COVID-19,” kata Koordinator Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC-19) Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen TNI dokter Tugas Ratmono.
Hal itu yang membuat RSDC-19 melakukan riset deteksi dini COVID-19 lewat observasi dan tes usap mata. Hipotesa penelitian ini adalah virus corona juga menyebar ke mata. Hal itu terjadi karena mata dan rongga hidung terhubung lewat sebuah saluran.
Itulah sebabnya saat orang menangis hidungnya juga turut basah dan di era pandemi COVID-19, orang dilarang mengucek mata dengan tangan karena mata menjadi salah satu pintu masuk virus corona.
Pada Sabtu 19 Desember 2020, Tugas telah mengunjungi Unit Riset RSDC bersama para petinggi RSDC-19 lain. Mereka berdiskusi dengan dr. Rina La Distia Nora SpM (K) sebagai peneliti utama RSDC-19 Wisma Atlet Kemayoran dan sejumlah peneliti lain, dr. Rina Dwi Ningtias Mei Riasanti dan dr. Gladya Utami.
Topik diskusinya tentang potensi deteksi COVID-19 lewat mata. Rina sudah melakukan langkah konkret dengan penelitian berjudul "Potensi Deteksi Dini Infeksi SARS-CoV-2 dari Swab Sampel Konjungtiva Melalui Pemeriksaan RT-PCR".
Konjungtiva merupakan selaput bening yang melapisi seluruh bagian terdepan mata dan menjadi pelindung mata. Kemudian, penelitian seperti itu diharapkan proses usap COVID-19 bisa dilakukan hanya dengan membuka kelopak mata bagian bawah agar stik swab bisa menyentuh selaput konjungtiva mata.
Sampel swab nanti akan diperiksa melalui RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) seperti halnya usap hidung dan tenggorokan. Skrining atau tes dalam era pandemi COVID-19 menjadi salah satu kunci untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dengan cara tersebut, orang terinfeksi COVID-19 bisa sesegera mungkin menjalani perawatan atau isolasi mandiri guna memutus rantai COVID-19.
Tugas mendukung penuh penelitian Rina agar bisa diterapkan untuk proses pengecekan infeksi COVID-19.
“Penelitian ini sangat penting untuk eksplor keilmuan, bukan hanya soal COVID-19, tetapi langkah strategis ke depan dalam penanggulangan ancaman kesehatan,” kata Tugas.
Kepala Sekretariat RSDC Wisma Atlet Kemayoran dr. RM Tjahja Nurrobi juga ikut memberikan dukungan untuk observasi dan usap mata tersebut. Ia menyatakan sebagai rumah sakit yang merawat pasien COVID-19 dalam jumlah paling banyak di Indonesia, RSDC Wisma Atlet Kemayoran menjadi sumber data untuk berbagai penelitian tentang COVID-19.
“Sekarang sudah ada 70 riset tentang penanganan, pencegahan, dan manajemen penanggulangan COVID-19. Salah satu riset yang tengah dilakukan adalah mengidentifikasi COVID-19 dari pemeriksaan mata yang dilakukan dr Rina,” kata dr Nurrobi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
*Ini adalah artikel kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.