Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Program penyuntikan vaksin Covid-19 masih berlangsung di Indonesia. Untuk sementara, vaksin yang digunakan adalah Sinovac, AstraZeneca, dan yang terbaru Sinopharm, yang telah mendapatkan izin darurat dari BPOM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya, penerima akan mendapatkan satu jenis vaksin untuk dua dosis yang dibutuhkan. Lantas, bagaimana jika mendapatkan dua jenis vaksin yang berbeda untuk kedua dosis itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari PinkVilla, vaksin sebagai pembentuk antibodi bisa mengalami efek samping. Efek samping ini dapat berupa demam, menggigil, mual, kelelahan, sakit kepala dan nyeri, atau nyeri di lengan. Efek samping ini biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Tetapi, jenis efek samping apa yang terjadi ketika dua suntikan vaksin Covid-19 dicampur? Sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini oleh Universitas Oxford melaporkan dalam jurnal medis The Lancet bahwa orang yang mendapat dosis pertama suntikan AstraZeneca diikuti vaksin Pfizer empat minggu kemudian melaporkan lebih banyak efek samping jangka pendek, kebanyakan ringan. Peneliti dan pejabat kesehatan masyarakat sedang memeriksa strategi seperti memadukan dua cara berbeda karena banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah mencoba mencari cara untuk mengatasi kelangkaan vaksin.
Jaminan pencampuran suntikan seperti itu akan membuat tugas pemerintah lebih mudah untuk mengelola persediaan dan memberi wawasan lebih. Dilaporkan tidak ada masalah keamanan seperti itu dan efek samping yang lebih kuat dari vaksinasi menghilang setelah beberapa hari. Penelitian menunjukkan sekitar 10 persen peserta yang mendapat suntikan campuran melaporkan kelelahan parah dibandingkan dengan sekitar 3 persen dari yang mendapat satu jenis vaksin. Semua peserta ini berusia 50 tahun ke atas.
Rezim campuran dikenal sebagai dorongan heterolog. Peneliti percaya tidak semua vaksin Covid-19 dapat bekerja secara efektif jika dicampur. Tetapi bila targetnya sama, yaitu protein lonjakan virus, maka dapat dilakukan. Lebih lanjut, mereka juga menguji interval pemberian dosis yang lebih lebar, yaitu 12 minggu antara suntikan dan berencana untuk memperluas penelitian yang mencakup vaksin dari Moderna dan Novavax.