Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dokter menghimbau

4 thn terakhir, di indonesia berhasil dikumpulkan 1.000 kasus tumor ganas usus besar. dokter menghimbau penderita membentuk perkumpulan untuk meringankan biaya pengobatan bagi yang tidak mampu. (ksh)

1 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDERITA tumor ganas usus besar cukup banyak rupanya. Selama 4 tahun terakhir bagian patologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pajajaran, Diponegoro, Andalas dan Airlangga berhasil mengumpulkan 1000 kasus. Kalau di Eropa, diserangnya mereka di atas usia 40-an. Tapi di Indonesia, 40% di bawah 40 tahun. Malahan ada yang berumur 8 tahun di Padang. Sebagaimana kanker pada umumnya tak diketahui apa penyebab mmor ganas yang menyerang usus besar ini. Dokter menganjurkan operasi. Bila bagian usus yang terserang tumor dibedah, anus tak berfungsi. Untuk menunggu bagian bawah dari tempat yang dioperasi itu sembuh, kotoran si pasien disalurkan lewat usus keluar dinding perut dan ditampung dalam kantong kolostomi. Terbuat dari plastik yang direkatkan ke perut, kantong ini sebuah Rp 800 dan tiap hari harus diganti. Penderita semacam itu masih mujur karena ususnya masih bisa dipertautkan begitu sembuh bekas operasinya. Tapi kalau bagian usus yang terserang dekat benar dengan anus, orang ini seumur hidup membawa kantong kolostomi di pinggangnya. Sungguh repot hidup ini dibuatnya. Sebab kotoran keluar tanpa mengenal sikon. Kapan ia mau mengalir, menumpuklah ia di kanrong kolostomi. Kadang-kadang ia berhamburan, meluap dari kantong. Drs Sutanto, 56 tahun, Letkol purnawirawan yang pernah menjabat sekretaris II TB Simatupang, termasuk orang yang mujur bisa menjinakkan keluarnya kotoran. Cukup banyak sukadukanya dengan kantong kolostomi itu. Ia pernah lari terbirit-birit di sebuah pesta karena bunyi prepetan di balik bajunya. "Tapi kalau sudah mengenal sifatnya, sedikit aman," cerita pensiunan itu. Untuk mengatasi "banjir" mendadak dari kantong kolostomij tiap pagi atau 1 jam setelah makan malam, ke dalam usus yang terletak di perut, dimasukkannya cairan sabun campur air hangat. Kontan kotoran pun keluar. Untuk menjaga kondisi perut supaya Jangan menceret, ia berpantang makanan bersantan dan yang pedas. Dengan begitu selama 7 sampai 8 jam ia aman dari serangan "kantong". Agar Lebih Mantap Di malam hari kantong kolostomi memang sangat mengganggu. Baru-baru ini ada seorang ibu yang mencoba bunuh diri setelah mengetahui suaminya menjalani operasi di luarnegeri. Ketika kembali pulang, di perutnya menggantung kantong hajat besar. Beberapa dokter menganggap penting adanya sebuah perkumpulan pasien kolostomi. "Dengan klub kolostomi itu mereka bisa bertukar pikiran tanpa perasaan rendah diri yang biasanya menghinggapi penderita," tutur dr Hermansjah Kartowisastro, 38 tahun, dari bagian bedah RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Pertemuan di antara para pemakai kantong kolostomi itu memang berlangsung saban hari Kamis di, RSCM. Kadang-kadang hadir 10 orang. Dalam pertemuan itu mereka saling bertukar pendapat dan pengalaman untuk meringankan penderitaan. Namun dr Hermansjah ingin agar pertemuan itu berkembang lebih mantap. Sudah sejak 2 tahun lalu ia berniat membuat perkumpulan itu. Perkumpulan itu, jika ada, mungkin juga bisa membantu pasien yang tidak mampu Tinggi biaya untuk penyakit ini Dalam sebulan paling tidak diperlukan Rp 100.000 untuk obat dan penyinaran. Belum termasuk ongkos operasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus