Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Yang teladan dan buru-buru berbenah

Pemerintah memilih 27 desa teladan 1979/1980. penilaian berdasarkan kelengkapan sarana desa, kekompakan warga, kerapian, kemakmuran dan kepemimpinan kepada desa. (ds)

1 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARANYA melengking keras. Erat-erat pengeras suara dipegangnya dan ia tempelkan ke bibir: Nama saya Fransis Dasilba, Kepala Desa Kamia, Kecamatan Dilly Timur, Kabupaten Dilly, Timor Timur. Suaranya lenyap. Tapi segera disambut tepuk tangan. Itulah suatu pemandangan di Balai Desa Kademangan (Kecamatan Gondanglegi, Malang) pertengahan Agustus lalu. Yaitu ketika 27 Kepala Desa Teladan se-Indonesia berkunjung ke sana-salah satu acara sebelum mereka melangsungkan temu karya dan menghadiri upacara 17 Agustus di Jakarta. Desa Kademangan sendiri mewakili Jawa Timur sebagai desa teladan 1979/ 1980. Ketika Kepala Desanya, H. Abdul Mukti, menguraikan segala seluk-beluk desanya di hadapan 26 rekannya, sebagian menilai sebagai hal yang tak asing lagi dan terdapat juga di desanya--sementara sebagian lagi menunjukkan kekaguman. Termasuk di antaranya Fransis Dasilba dan M. Idris Wergiri, Kepala Desa Feterna dari Irian Jaya. Malahan, "saya belum mengerti apa yang dimaksudkan semuanya itu," ucapnya ketika melihat data-data pembangunan di Balai Desa Kademangan. Dan ketika mendapat jawaban bahwa ubi kayu yang besar-besar di desa ini dihasilkan karena Desa Kademangan bertanah subur, Dasilba mengeluh Wah, bagaimana mungkin kami lakukan, sebab tanah kami di sana kering. Berpenduduk 6.000 jiwa lebih dengan pendapatan perkapita Rp 115.154, 68 perjiwa pertahun, kemenangan Desa Kademangan tampaknya terletak pada kelengkapan sarananya. Ada gedung PKK, gedung LSD, kantor pramuka, kantor hansip, gedung kesenian, balai pengobatan, lumbung desa dan tentu saja balai desa serta jalan desa. Tapi lebih dari semua itu adalah kekompakan warganya Sehingga dari berbagai sumbangan penduduk 1979/1980 ini menurut Abdul Mukti, telah tersimpan dana sebesar Rp 11.350.000. Jumlah ini didapat dari bantuan perani tebu sebanyak Rp 15 tiap kwintal setiap panen, Rp 75 dari tiap hektar sawah juga tiap panen, Rp 10 tiap M3 pengambilan pasir yang ada di tepi desa. Desa Trangsan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, terpilih sebagai desa terbaik di Jawa Tengah tahun ini. Kemenonjolan desa ini selain rapi, peralatan desa serba cukup, juga karena kehidupan warganya yang cukup makmur. Selain bersawah, desa ini terkenal juga karena anyaman rotannya. Yang dihasilkan hampir semua perabotan rumah tangga. Satu stel meja kursi misalnya sampai berharga Rp 36.000. Di antaranya diekspor ke luar negeri. Harum Desa Trangsan berpenduduk hampir 5.000 jiwa Dari 838 buah rumah yang ada, 818 di antaranya berupa rumah gedung permanen. Tercatat juga di antara penduduknya ada 39 orang lulusan universitas. Balai desa megah berbentuk joglo dan baru saja selesai setelah mendengar dicalonkan untuk disertakan dalam lomba desa, menelan biaya Rp 14 Juta. Keberhasilan Desa Lembursitu (Kecamatan Baros, Sukabumi) sebagai desa teladan di Jawa Barat agaknya terletak pada kepemimpinan kepala desanya, Tatha Machrodji (50 tahun). "Ia memberi perhatian besar pada masalah air," komentar petani Syantibi tentang kepala desanya. Tatha mengajak warganya membendung Kali Cipelang dan mengairi hampir seluruh areal persawahan. Lalu dibentuk Kelompok tani Harum, singkatan dari Harta Umum. Bertindak sebagai koperasi simpan pinjam, Harum berhasil mengumpulkan modal dari anggotanya mulai Rp 25 tiap minggu sampai Rp 500 setiap musim panen dari tiap anggota. "Dan sekarang kami sudah punya simpanan Rp 2 juta lebih," kata E. Kosasih, Ketua Gabungan Kelompok Tani Lembur situ. Anehnya, KUD sendiri tak mampu bertahan lama di desa ini. "Mungkin karena KUD dibentuk berdasarkan instruksi, " kata seorang anggota Kelompok Tani Harum. Kegiatan menonjol lainnya dari kelompok tani ini adalah beternak ikan. Setiap anggota diwajibkan menyebar bibit ikan di selokan depan maupun belakang rumah. "Hasilnya, menyebar 1 kwintal bibit, akan menjadi 4 kwintal 3 bulan kemudian," lanjut Kosasih. Dan pemandangan di seantero desa meman adalah kolam-kolam ikan semata. Biar Miskin Potret Desa Ngawis di Gunung Kidul sebagai desa terbaik untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, memang gambaran desa yang minus. Di mana-mana tanah kering, rumah-rumah bambu dan dengan penduduk yang bekerja keras menantang kegersangan. Tapi tiba-tiba wajah desa ini berubah. Bersih, bentangan jalanjalan yang telah dikeraskan, pagar bambu rumah bercat putih di sepanjang kiri-kanan jalan. Keadaan inilah rupanya yang menjadi kunci kejuaraannya. "Gotong-royong masyarakat untuk membangun desa ini baik sekali, sehingga walaupun miskin, mereka dapat berbuat banyak," kata Suwantorejo, Kepala Bagian Kemakmuran Desa gawis mengungkapkan alasan tim penilai. Kegontohg-royongan warga desa itu misalnya membuat jalan batu melingkati desa sepanjang 16 km, plus jalan tanah sepanjang 30,5 km. Semuanya dikerjakan dalam waktu 15 hari terus menerus menjelang kedatangan tim penilai lomba desa. Tapi jangan lupa sebelumnya desa ini juga telah memiliki sebuah di antara sumur bor yang dibangun P2AT (Proyek Pengembangan Air dan Tanah). Sejak sumur ini diresmikan pada 1978 lalu warga desa ini tak punya masalah air lagi untuk umum. Dari hampir 5.000 jiwa penduduknya, 80% penduduk Ngawis menjadikan ketela sebagai makanan pokok. Sisanya 15% makan beras dan 5% jagung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus