Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perpaduan kerajian tangan atau craftsmanship dalam pergelaran fashion dapat meningkatkan daya saing di dunia internasional. Sayangnya, penerapan konsep tersebut belum sesuai harapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perancang Busana Ali Charisma menuturkan, peningkatan kolaborasi dengan kerajinan tangan menjadi pekerjaan rumah untuk meningkatkan nilai jual produk-produk fashion Indonesia. Menurutnya, pekerjaan tangan belum dipresentasikan secara optimal. Baca: Kylie Jenner Tidak Menikah, Ini 10 Hal Orang Enggan Berkomitmen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kadang-kadang kelihatan murahan, seharusnya kerajian tangan dapat di presentasikan dengan value yang sangat tinggi, di luar negeri itu nilainya sangat bagus,” katanya saat ditemui di Moda Burgo Indonesia.
Salah satu contoh, lanjutnya, apabila produk fashion dipadukan dengan sulaman yang rapi akan menghasilkan karya yang sempurna. Sebut saja desainer Lenny Agustin.
Dia adalah juara utama pada Lomba Merancang Busana Perkawinan Internasional pada 2003 yang membuat namanya identik dengan gaun pernikahan dan pesta.
Dia memiliki produk fashion yang dipadukan dengan sulaman tangan dari Kalimatan dalam karyanya. Menurutnya, hasil karya Lenny tersebut mendapatkan respon positif dari internasional.
Songket Riau di Pameran 33 Kain Nusantara di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta, 8 November 2017. Tempo/Astari Pinasthika Sarosa
Oleh karena itu, memaksimalkan kerajinan tangan menjadi kesempatan Indonesia untuk merebut pasar di internasional. Pasalnya, luar negeri tidak memiliki produk tersebut. Namun, diakui memang belum banyak yang menyadari hal itu. “Misalnya batiknya lukis tapi dijahit bukan oleh desainer atau belum international, jadi dijahit gradakan. Jadi susah untuk dipamerkan ke luar negeri,” katanya.
Ali menyarankan sebaiknya para pengrajin dikolaborasikan dengan desainer untuk menghasilkan produk fashion yang bersaing. “Kerajinan tangan Indonesia tidak ditempatkan pada tempat yang tepat,” katanya. Baca: Menumbuhkan Rambut dalam Beberapa Hari? Intip Penelitiannya
Padahal, Ali mengatakan dari sisi kemampuan, Indonesia memiliki potensi namun memang masih sulit untuk mengumpulkan seluruh pengrajin yang memiliki kualitas bagus. Menurutnya, seharusnya hal tersebut juga menjadi perhatian pemerintah untuk menjaring pengrajin yang berkualitas.
Model memperagakan busana karya desainer Adrian Gan berkolaborasi dengan Palantaloom di JFFF, Kelapa Gading, Jakarta, 12 Mei 2016. Kain songket Bukit Tinggi yang dijadikan selendang besar membuat gaun ini semakin anggun. TEMPO/Frannoto
Sementara itu, Perancang Busana Ghea Panggabean pun berharap Indonesia dapat semakin dikenal dan diakui di luar negeri. Untuk itu, Ghea mengakui sudah menjadi agenda wajib mengangkat tema budaya Indonesia dalam pagelaran busana baik di dalam negeri atau luar negeri
Dalam karya busananya, Ghea juga memadukan kerajinan tangan, seperti sulaman dengan ciri khas Minangkabau. “Kita lihat Minangkabau banyak sekali sulaman,” katanya. Baca: Orang Kaya Habiskan 50 Persen Waktu Senggang dengan Bisnis
Sulaman tersebut ia terapkan dalam karya terbarunya untuk memperingati tahun baru Tiongkok. Bukan masalah memperingati hari besar negara lain namun tetap mempertahankan gaya budaya sendiri. Justru hal itu dapat memberikan alternatif lain sekaligus sekaligus makin memperkenalkan budaya Indonesia.