Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hamil di Usia Remaja? Waspada Masalah Ini Mengintai

Hamil di usia remaja banyak risikonya, karena pada masa ini, organ reproduksi mulai bertumbuh dan baru berkembang menuju kedewasaan.

21 Juli 2018 | 18.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi menolak janin atau ibu hamil. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hamil di usia remaja banyak risikonya. Dokter Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan OMNI Hospitals Alam Sutera Handojo Tjandra mengatakan seseorang yang sudah mengalami pubertas belum dapat disebut dewasa karena pubertas menandakan si anak memasuki masa remaja.

Baca juga: 
Remaja Pubertas Belum Tentu Siap Melahirkan, Ini Penjelasan Ahli
Bahaya Minum Pil Diet Tanpa Kontrol, Terutama pada Remaja Putri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada masa ini, organ reproduksi mulai bertumbuh dan baru berkembang menuju kedewasaan, jadi sebaiknya tidak digunakan untuk melakukan hubungan seksual dan reproduksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ukuran rahim remaja putri pun belum siap untuk kehamilan dan ukuran panggul pun belum siap sepenuhnya untuk persalinan. Sehingga, persalinan pada masa remaja dapat meningkatkan risiko persalinan caesar dan komplikasinya.

Dampak hubungan seksual dan kehamilan di usia muda di antaranya adalah komplikasi obstructed labour (gangguan pada fungsi otot uterus karena terjadi peregangan uterus yang berlebihan), obstetric fistula (urin atau feses melalui vagina karena terjadi kebocoran akibat rusaknya organ kewanitaan).

Penyakit lain yang mengintai adalah carsinoma serviks (penyakit kanker leher rahim) karena semakin muda usia seseorang melakukan hubungan seksual pertama kalinya, maka semakin besar risiko terkontaminasi virus pada daerah reproduksi.

Pada masa kehamilan, menurut Handojo, ibu juga rentan mengalami anemia (kurang darah) dan tekanan darah tinggi. Sayangnya, kondisi ini sering tidak terdeteksi pada tahap awal, padahal hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kejang, perdarahan, bahkan kematian pada ibu.

Perkawinan usia dini berisiko menyebabkan kehamilan bermasalah yang berdampak pada bayi. Hal itu juga berisiko pada ibu ketika hamil atau melahirkan. Selain itu, juga berisiko menimbulkan kelahiran prematur, kelahiran dengan berat badan bayi rendah dan stunting (tubuh kecil dan pendek serta ukuran otak kecil).

“Masa kehamilan adalah masa pertumbuhan badan bagi ibu. Pada tahap ini, terjadi persaingan nutrisi antara janin dan ibu. Hal ini dapat mengakibatkan defisiensi nutrisi. Akibatnya berat badan ibu hamil seringkali sulit naik, terkena anemia. Sedangkan pada janin, berisiko lahir dengan berat lahir yang rendah. Anak yang lahir prematur, di masa depannya akan berisiko terkena komplikasi sindroma metabolik [obesitas, diabetes mellitus, hipertensi],” ujar Handojo.

Baca juga: Stop Cokelat Saat Hamil? Tilik 6 Larangan Lainnya

Risiko lainnya, menurut Handojo adalah dapat terjadi kematian pada janin. Oleh karena anatomi panggul remaja perempuan masih dalam pertumbuhan, proses persalinan dapat menjadi lama.

Akibatnya bayi mengalami kekurangan oksigen, dapat tercemar air ketuban, terinfeksi bakteri, dan ritme jantung melemah. Hal ini rentan menyebabkan kematian pada bayi.

Dia mengingatkan bahwa kematian pada bayi juga dapat terjadi jika pada persalinan ibu usia remaja tersebut dalam keadaan depresi, karena tekanan darah meningkat sehingga rentan terjadi kejang sesaat setelah melahirkan (eklamsi). 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus