Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangka Hari Asma Sedunia pada 5 Mei, Dr. Arvind Kate, ahli paru di Rumah Sakit Multispesialis Zen, Chembur, menyampaikan mitos dan fakta terkait penyakit yang menyerang pernapasan itu. Asma bisa digambarkan sebagai kondisi paru-paru yang menyebabkan masalah pernapasan. Karena itu, asma dikenal sebagai penyakit pernapasan kronis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasien asma sering menghadapi masalah saat bernapas. Penyakit ini bahkan bisa mengancam jiwa. Asma mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia tetapi ada banyak mitos dan hoaks yang mengelilinginya dan kita perlu memisahkan fakta dari fiksi dan mendidik orang tentang penyakit ini. Berikut sejumlah mitos seputar asma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penderita asma tidak boleh berolahraga
Fakta: Sangat penting untuk menghindari pemicu penyakit asma, seperti serbuk sari, jamur, dan debu. Karenanya, saat berolahraga, pastikan tidak ada pemicu. Olahraga selalu baik agar tetap sehat dan penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Anda bisa berolahraga setelah berkonsultasi dengan dokter. Olahraga dapat meningkatkan fungsi paru-paru pada penderita asma.
Namun, pastikan tidak terkena debu atau serbuk sari saat berolahraga. Anda juga bisa melakukan yoga dan latihan pernapasan di rumah. Ini akan memastikan Anda tetap sehat. Olahraga teratur akan membantu mempertahankan berat badan yang optimal dan mengelola gejala asma. Anda dapat menyewa pelatih kebugaran dan berolahraga di bawah bimbingannya.
Penderita asma akan menunjukkan gejala yang sama
Fakta: Sama sekali tidak benar. Gejala asma bervariasi antarorang dan setiap tahapnya. Seseorang mungkin mengalami masalah pernapasan sementara yang lain akan mengalami batuk atau mengi. Oleh karena itu, sebaiknya hanya minum obat yang diresepkan oleh dokter. Jangan mengobati sendiri tergantung gejala. Melakukannya adalah larangan karena dapat berisiko.
Asma mungkin diatasi
Fakta: Gejala asma dapat berubah seiring waktu dan bahkan hilang. Ini bisa terjadi karena perubahan lingkungan atau bahkan tubuh seiring bertambahnya usia, memungkinkan juga untuk mengelola kondisi dan mengendalikan pemicunya. Beberapa anak muda penderita penyakit asma yang gejalanya sudah hilang juga bisa mengalaminya lagi di kemudian hari. Gejala ini dapat muncul kembali karena faktor lingkungan seperti polusi atau perubahan iklim.