Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita masyarakat. Hari ini, 4 Februari, masyarakat memperingati Hari Kanker Sedunia. Salah satu kanker yang menjadi perhatian masyarakat luas adalah kanker serviks.
Baca: Keputihan Berbau Busuk, Waspada Kanker Serviks
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit ini berkembang secara lambat, Namun tetap saja korbannya semakin banyak di Indonesia. Vaksinasi dan pemeriksaan rutin dapat menghindarkan Anda dari penyakit ini. “Sebuah kenyataan yang tidak mengenakkan: Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks (mulut rahim) terbanyak di dunia," kata ginekologi RS Pondok Indah Fitriyadi Kusuma dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 31 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Fitriyadi, Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus), terutama tipe 16 dan 18, biasanya tidak menunjukkan gejala atau keluhan pada tahap awal. Gejala atau keluhan tersebut biasanya baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium 2 atau lebih. "Keputihan yang berulang meski telah diobati, juga postcoital bleeding (pendarahan pasca senggama), kerap menjadi gejala yang dirasakan—meski tidak selalu merujuk pada kanker serviks," kata Fitriyadi.
Fitriyadi melanjutkan, penyebab dan kehadiran kanker serviks dapat dideteksi. Diperlukan fase yang panjang dari tahap infeksi sampai menjadi kanker. HPV memiliki masa inkubasi selama 9 – 12 bulan. Kemudian setelahnya, memasuki fase lesi pra-kanker. "Ada tiga sub pada fase ini: Atypical, Low Grade Lession, dan High Grade Lession. Jika terus berkembang, barulah menjadi kanker. Sampai pada Low Grade Lession, masih ada kemungkinan infeksi HPV menghilang meski tanpa tindakan medis," kata Fitriyadi.
Skrining menjadi hal yang penting dilakukan untuk terhindar dari kanker serviks. Sejak aktif berhubungan seksual, pemeriksaan setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan. Saat ini, terdapat beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi lesi pra-kanker.
1. Tes IVA
IVA merupakan metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, mampu laksana di Indonesia. Mulut rahim dibalur dengan asam cuka (25 persen) kemudian reaksi yang terjadi dianalisa.
2. Papsmear
Tes ini dilakukan dengan pengambilan contoh sel-sel yang dilepaskan (eksfoliasi) dari lapisan epitel serviks, yang akan tampak tidak normal bila terjadi perubahan karena infeksi HPV, lesi pra kanker atau kanker, jika diperiksa di laboratorium. Terdapat dua jenis papsmear, yaitu konvensional (tingkat akurasi 50 – 70 persen) dan thinprep (tingkat akurasi 80 persen).
3. Tes DNA HPV
Pemeriksaan molekuler ini memiliki tingkat akurasi hingga 99 persen. Tes ini dapat mendeteksi kemungkinan timbulnya lesi pra-kanker meski belum terjadi perubahan pada sel.
4. Kolposkopi
Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Jika memang ditemukan ada jaringan yang terinfeksi, biopsi terarah (pengambilan sejumlah kecil jaringan tubuh) dapat dilakukan dengan alat ini.
Selain pemeriksaan rutin, yang juga perlu dilakukan adalah melakukan vaksinasi HPV. Vaksin HPV membantu mencegah infeksi high-risk HPV (sub-tipe 16 dan 18) yang menyebabkan kanker serviks. Manfaat vaksin ini secara maksimal dapat diperoleh apabila seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual.
Namun, bagi perempuan yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual, vaksin ini juga bermanfaat karena belum tentu seseorang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan sub-tipe yang dapat dicegah oleh vaksin (HPV sub-tipe 6, 11, 16 dan 18).
"Vaksinasi ini dapat dilakukan oleh wanita berusia mulai 9 sampai 55 tahun, meski masa terbaik adalah pada 9 sampai 12 tahun. Vaksinasi akan dilakukan tiga kali (0 bulan, 1 – 3 bulan, dan 6 bulan),” kata Fitriyadi.
Baca: Seks dengan Penderita Kanker Serviks, Lelaki akan Tertular?
"Jangan lupa, Anda yang telah menerima vaksin, sebaiknya tetap melakukan skrining dan deteksi dini rutin karena sebanyak 30 persen kasus kanker serviks dapat disebabkan oleh sub-tipe HPV yang tidak dapat dicegah oleh vaksin tersebut. Dengan vaksinasi dan pemeriksaan rutin, tak perlu khawatir kanker akan menyerang organ kewanitaan Anda," kata Fitriyadi.