Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA – Baru-baru ini, dunia kuliner Korea Selatan sedang dihebohkan dengan tren makanan hibrida. Salah satu yang terbaru adalah makanan croffle. Lantas apa itu croffle?
Croffle merupakan penggabungan dari dua nama makanan sekaligus, yakni croissant dan waffle. Makanan ini biasanya dijadikan sebagai dessert atau hidangan penutup. Namun demikian, croffle juga dapat dijadikan sebagai camilan minum teh atau kopi, baik ketika sarapan ataupun bersantai
Dilansir dari web Blue Basket, asal penamaan croffle bukan karena cara pengolahannya yang menggabungkan croissant dan waffle menjadi satu, melainkan adonan croissant dimasak menggunakan cetakan waffle. Dengan demikian croffle pada dasarnya adalah croissant yang terlihat seperti waffle. Croffle sudah diperkenalkan sejak 2017 olehh Louise Lennox, seorang koki pastry asal Irlandia.
Sebagaimana dikutip dari laman Connect to Local, croffle ini dapat disajikan dengan beberapa topping, seperti coklat, irisan pisang, hazelnut, atau isian lainnya sesuai selera. Perbedaan croffle dan croissant terletak pada tekstur adonan dengan croffle lebih renyah dibanding dengan croissant karena croffle dipanggang dengan cetakan waffle yang dapat menyerap panas lebih tinggi. Namun demikian, croffle tidak sekering croissant dan cenderung lebih padat. Selain itu, tekstur pada bagian dalam lebih lembut dan kaya akan mentega.
Namun secara penampilan, antara croffle dan waffle memiliki bentuk yang sama. Hal ini menjadikan sulit untuk membedakan antara croffle dengan waffle dengan mata telanjan. Apabila ingin membedakan keduanya harus dicicipi secara langsung atau diberi tahu terlebih dahulu.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Kuliner Korea ini Sering Warawiri di Drakor, Apa Lagi Selain Tteokbokki?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini