Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anaka Indonesia (PP IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan cakupan imunisasi secara nasional yang meningkat bisa jadi upaya untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti polio, hepatitis B, pertusis, difteri, campak, tetanus dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Imunisasi sebenarnya sudah terbukti sangat efisien, efektif, murah untuk menghindarkan berbagai penyakit, pencegahannya supaya efektif yaitu dengan meningkatkan cakupan imunisasi secara nasional," katanya dalam diskusi daring mengenai imunisasi pada Kamis 4 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan usai pandemi, cakupan imunisasi di berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia menurun signifikan. Hal ini menyebabkan munculnya kembali penyakit PD3I seperti polio, tetanus pada anak maupun bayi baru lahir, difteri, pertusis dan campak serta rubela yang bisa ditetapkan menjadi kejadian luar biasa (KLB).
Maka itu ia ingin mengajak untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan imunisasi. "Enggak usah cakupan itu menurun sampai 0, 60 persen ke bawah saja KLBnya sudah muncul lagi, penyakit-penyakitnya sudah muncul lagi, angka kesakitan dan kematiannya sudah muncul lagi. Diharapkan semua berpartisipasi aktif supaya cakupan imunisasi ini kembali meningkat," ucap dr Piprim.
Dokter konsultan jantung anak di RSCM ini mengatakan anak yang terkena penyakit PD3I bisa menjadi parah dan mengancam nyawa jika terjadi komplikasi seperti radang otak dan radang paru.
Piprim melanjutkan, anak juga bisa kehilangan fungsi kesehatannya jika penyakitnya tidak bisa diobati dan berujung cacat atau meninggal. Pengobatan yang dilakukan pun tidak murah dibandingkan dengan melakukan imunisasi untuk pencegahan.'
Ia mengajak semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif agar cakupan imunisasi kembali meningkat. Dengan cara itu artinya sudah berhasil menekan angka kematian anak-anak, yang sejalan dengan program dari Kementerian Kesehatan yang ingin menekan dan menurunkan angka Kematian baik bayi atau balita Indonesia.