Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jenis Olahraga yang Dianjurkan Dokter untuk Jemaah Haji yang Baru Pulang

Jalan kaki dan bersepeda dapat membantu kebugaran fisik jemaah haji yang baru kembali tetap terjaga usai mengikuti rangkaian ibadah haji yang panjang.

1 Juli 2024 | 20.36 WIB

PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) mulai melayani kepulangan jemaah haji dalam musim Angkutan Haji 2024. Istimewa
Perbesar
PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) mulai melayani kepulangan jemaah haji dalam musim Angkutan Haji 2024. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) menyebut olahraga ringan seperti jalan kaki dan bersepeda dapat membantu kebugaran fisik jemaah haji yang baru kembali tetap terjaga usai mengikuti rangkaian ibadah haji yang panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga yang intensitas kekuatannya rendah. Misalnya, bisa berjalan kaki atau bersepeda statis di rumah tanpa adanya pembebanan yang tinggi,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, Senin, 1 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Syarief mengatakan pentingnya jemaah haji secara bertahap melakukan olahraga ringan agar tubuh tidak mengalami kaget gerak akibat lama duduk di pesawat terbang maupun usai melakukan kegiatan haji yang panjang. Dia menyarankan jemaah haji berjalan kaki secara perlahan di tempat yang aman dan melingkar dibanding yang berbukit atau banyak turunan. Lokasi itu baik bagi penderita yang memiliki komorbid seperti penyakit paru-paru atau jantung.

Olahraga di rumah
Bagi jemaah haji yang lebih senang berolahraga di rumah, mengayuh sepeda statis dapat menjadi pilihan tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan dan berpindah dalam satu waktu. Syarief menyebut jenis olahraga lain yang dapat dilakukan di rumah adalah aerobik dengan intensitas gerakan yang rendah sampai sedang untuk kelenturan semua sendi tubuh. Sementara untuk olahraga lain seperti yoga dan zumba, Syarief menyebut jemaah dapat melakukannya dengan catatan bagi penderita komorbid disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.

“Tergantung pada komorbiditasnya, tergantung jenis komorbidnya. Kalau komorbidnya karena hipertensi ataupun diabetes harus disesuaikan dengan pola minum obat, aktivitasnya, apakah dia memang sudah stabil atau belum, tergantung komorbid,” paparnya.

Begitu pula dengan penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan hipertensi. “Bagaimana pun harus diukur dulu nadinya. Dia harus belajar menghitung nadi, mengenali diri sendiri terhadap kemampuan intensitas fisiknya. Apabila nadinya sudah beranjak naik dia harus beristirahat sejenak, jangan sampai lebih dari 120 dan (pemeriksaan) itu bisa dilakukan secaramandiri,” jelasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus