Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Jokowi Ngopi Seharga Rp 4 Ribu, Malang Punya Kopi Terkenal

Jokowi,mencicipi kopi di Sentra Kuliner Sriwijaya Taman Trunojoyo, seusai berkampanye. Malang punya kopi terkenal.

27 Maret 2019 | 16.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Kemarin, Selasa 26 Maret 2019, Jokowi, calon presiden nomor urut 01 mencicipi kopi di Sentra Kuliner Sriwijaya Taman Trunojoyo, seusai berkampanye tertutup di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ken Arok, Kota Malang. Jokowi menikmati segelas kopi bersama tim suksesnya. Kopi itu disebut pemilik warungnya, Siti Kholifah, sebagai kopi Malang.

Baca juga: Jokowi Ngopi di depan Stasiun, Ini Sentra Kuliner di Malang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siti Kholifah mengaku senang warungnya bisa dikunjungi oleh Jokowi. Menurut Siti, Jokowi dan rombongan hanya duduk santai sambil menikmati kopi buatannya. "Pak Jokowi langsung pesan empat kopi. Segelas kopi seharga Rp 4 ribu. Sekitar 30 menit, Pak Jokowi meminum kopi sambil ngobrol bersama yang lainnya," ujar Siti Kholifah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malang, khususnya Kecamatan Dampit, menjadi salah satu daerah penghasil kopi Robusta terbaik di Indonesia, selain Lampung. Sudah sejak lama Dampit dijadikan sebagai pusat pengepulan komoditas pertanian dari beberapa kecamatan di Malang Selatan. Pemerintah Hindia Belandalah yang membuka sentra penampungan berbagai komoditas pertanian di Dampit untuk memudahkan sistem dagang mereka saat itu.

Himam Miladi, seorang blogger menulis, wilayah Malang sebelumnya bukanlah wilayah perkebunan. Belanda tak punya kepentingan ekonomi di wilayah ini. Tapi kemudian ada kebijakan Ordonansi Priangan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal H.W. Daendels pada 1808. Ketika itu, Daendels mengeluarkan peraturan berisi kewajiban penanaman kopi di daerah lain di Jawa dan dilakukan dengan cara yang sama seperti di Kabupatenan Priangan (Breman, 2014).

Ordonansi Priangan kemudian dilanjutkan dengan kebijakan dari Gubernur Jenderal Du Bus Gesignes (1826-1829) yang mengeluarkan perintah mengubah semua tanah-tanah yang belum digarap, termasuk sebagian tanah di daerah hutan, untuk dijadikan sebagai lahan produktif. Kawasan perkebunan kopi di Malang dan sekitarnya berpusat di daerah Penanggungan, Karanglo, Sengguruh, Turen dan Ngantang. Selama 1 tahun yaitu pada 1901 penduduk di kawasan ini mampu menyetor 3831 pikul kopi.

Perkebunan kopi di kawasan Turen kemudian meluas hingga ke daerah Dampit. Dari sinilah kemudian nama Kopi Dampit, Malang mulai terkenal.

Sebelum nama kopi Dampit melambung, Malang lebih dulu terkenal dengan kopi Amstirdam yang tumbuh di kaki Gunung Semeru, Jawa Timur. Amstirdam ya, bukan Amsterdam. Nama Amstirdam ini merupakan singkatan dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Malang, yakni Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit. Kopi ini pernah menjadi salah satu yang terbaik di dunia dengan merek "Java Coffee Amstirdam".

Artikel lain: Kopi Dampit: Wangi Aromanya dan Terkanal di Dunia

Di Dampit, sampai dengan tahun lalu, ada sedikitnya 2.500 hektare lahan yang dijadikan perkebunan kopi.

Sekarang selain berlabel Kopi Dampit, muncul pula Kopi Sridonoretno. Kopi ini digagas untuk memperbaiki kualitas biji kopi serta meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Dampit, pada 2011. Sekelompok petani kopi di tiga desa pun membentuk asosiasi Gabungan Kelompok Tani (Gapotan) Sridonoretno. Nama ini diambil dari nama tiga desa di wilayah Dampit, yaitu desa Srimulyo, Sukodono dan Baturetno.

Antara

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus