Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - DC Comics kembali menghadirkan film terbarunya “Joker”. Tepatnya pada Rabu, 2 Oktober 2019, seluruh penggemar di Tanah Air pun bisa menyaksikannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buat yang masih awam dengan karakter utama film ini, Joker adalah seorang yang senang bertindak keji dan mudah melakukan pembunuhan. Hal ini disebabkan oleh gangguan kejiwaan skizofrenia yang diidapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari situs Mayo Clinic, skizofrenia adalah gangguan mental yang bisa dialami sejak seseorang berusia 5 tahun. Sejumlah analisis menyebutkan faktor genetik berperan memunculkan gangguan mental ini. Bahkan, lingkungan juga bisa memicu skizofrenia bagi orang dengan bakat genetik.
Ilustrasi skizofrenia (pixabay.com)
Gejala skizofrenia biasanya muncul pelan selama berbulan-bulan atau tahun. Situs Health Line mengatakan bahwa ini bisa berupa gejala delusi atau sesuatu yang dianggap nyata tetapi hal tersebut hanya sebuah ilusi belaka.
Contohnya seperti delusi tuduhan, yaitu rasa tertuduh, dan delusi referensi, yaitu perasaan yang sering dianggap berkaitan dengan dirinya padahal sama sekali tidak ada kaitannya. Delusi grandeur yaitu firasat bahwa diri ini merupakan hasil reinkarnasi tokoh dan delusi kontrol, yaitu perasaan bahwa pikiran yang sikapnya sedang dikontrol oleh mahluk asing juga bisa dialami.
Tanda-tanda lainnya yaitu halusinasi, gaya bicara yang tidak beraturan, tingkah laku aneh atau tidak biasa, kemudian sikapnya tidak beraturan, susah tidur atau insomnia, gangguan emosional dan sering curiga terhadap hasil halusinasinya.