Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, memberikan tanggapan mengenai air susu ibu (ASI) yang sulit atau tidak keluar dan sering membuat ibu khawatir. Ia mengatakan cara paling efektif memperlancar produksi ASI yakni ibu menyusui dengan benar sesering dan selama bayi menghendaki serta tidak sembarangan memberikan makanan atau minuman lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Selama beberapa hari setelah melahirkan ASI yang keluar berupa kolostrum dengan volume sekitar 5-7 ml. Kolostrum berwarna kekuningan atau bening, mengandung protein yang lebih tinggi dari ASI yang muncul kemudian dan mengandung zat anti-infeksi. Inilah yang sering dianggap ibu sebagai ASI tidak, sulit, atau sedikit keluar,” katanya, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan pemberian ASI untuk mendukung kesehatan bayi dan anak telah diatur dalam Pasal 24 hingga Pasal 48 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Daisy menyebutkan pasal 24 menegaskan setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hingga berusia 6 bulan, lalu dilanjutkan hingga berusia 2 tahun sambil diberikan makanan pendamping. Ketentuan ini sering menimbulkan pertanyaan di masyarakat, terutama mengenai solusi jika ASI sulit atau tidak keluar.
Teknik menyusui yang benar
Daisy menjelaskan seiring berjalannya waktu, kolostrum akan berubah menjadi ASI transisi lalu ASI matang. Perubahan tersebut juga diiringi pertambahan volume ASI. Selain itu, produksi ASI dipengaruhi isapan bayi pada saat menyusu. Dia menilai semakin sering bayi menyusu dengan cara yang benar maka semakin banyak ASI diproduksi.
Menurutnya, ibu dapat mempraktikkan teknik menyusui yang benar melalui perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan bayi yang benar, perlekatan bayi yang tepat, dan efektivitas isapan bayi pada payudara.
Dia menyebut teknik menyusui yang salah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti puting susu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Akibatnya dapat mempengaruhi produksi ASI sehingga bayi bisa enggan menyusu dan menyebabkan kebutuhan nutrisi bayi tidak tercukupi.
“Untuk menyusui dengan benar, ibu dapat menghubungi konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau mengakses telekonseling menyusui jika mengalami keraguan terkait menyusui ataupun jika ada kendala,” ucap Daisy.
Pemberian asupan selain ASI akan menghambat produksi ASI karena bayi akan kenyang dan jarang menyusu. Karena itu, susu pengganti ASI atau susu formula diberikan ketika ada indikasi medis setelah melalui penilaian oleh dokter yang kompeten.
“Dampak lain yang dapat terjadi adalah meningkatnya risiko kesakitan pada bayi karena kurang mendapatkan zat-zat kekebalan yang hanya terdapat di dalam ASI. Berkurangnya intensitas menyusui langsung juga dapat mempengaruhi kedekatan antara ibu dan bayi yang terjalin pada saat proses menyusui,” tuturnya.