Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kenali Gejala TBC pada Anak, Tak Selalu Sama dengan Orang Dewasa

Gejala TBC yang dialami anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Apa saja bedanya?

9 Mei 2019 | 16.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Karena penularannya dilakukan lewat udara, sangat rawan bagi pasien TBC untuk berbicara, batuk maupun bersin.

Baca: Selain Paru-paru, Organ Tubuh Ini Sering Jadi Sasaran Kuman TBC

Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga pada penyakit yang paling banyak diidap di dunia setelah India dan China ini. Atau secara lebih rinci, sekitar 842.000 penduduk Indonesia adalah pasien TBC.

Infeksi TBC dapat dialami oleh semua orang, dari bayi hingga dewasa. “Banyak yang masih salah tentang TBC. Masyarakat berpikir bahwa itu hanya penyakit orang dewasa, padahal anak-anak juga bisa kena,” katanya dokter spesialis paru dan pakar TBC, Erlina Burhan di Jakarta pada Rabu, 8 Mei 2019.

Pada anak, gejala TBC tak selalu sama dengan orang tua. Perbedaan yang pertama dapat dilihat dari gejala batuk. Di kala orang dewasa selalu batuk, pada anak-anak, gejalanya tidak selalu harus batuk. “Tidak semua anak mengalami batuk. Bahkan ada yang tidak batuk sama sekali, tapi mengalami TBC,” katanya.

Badan yang lemas juga jadi gejala TBC. Baagi orang dewasa, badan yang lemas disebabkan oleh nafsu makan yang berkurang. Sedangkan bagi anak-anak, badan yang lemas ini disebabkan oleh suhu badan yang panas. Sehingga, mereka pun malas dan tidak energik untuk melakukan aktivitas.

“Kalau dewasa, ketika tidak ada nutrisi yang masuk, otomatis tubuh tidak mendapatkan energi sehingga lemas. Kalau anak, dia yang biasanya semangat dan lincah, berubah jadi pendiam karena tubuh yang hangat,” katanya.

Berat badan juga harus diperhatikan. Saat orang dewasa mengalami penurunan berat badan, anak-anak hanya mengalami berat badan stagnan. Ini umumnya terjadi dalam rentan waktu dua hingga tiga bulan.

“Walaupun dipaksa makan banyak, biasanya orang dewasa justru turun. Nah kalau untuk anak-anak, dia tidak turun tapi tidak ada peningkatan. Jadi angkanya terus di situ,” katanya.

BacaPria Lebih Rentan TBC Seperti Dialami Rifai Pamone? Cek Gejalanya

Oleh karena itu, dari ketiga perbedaan yang ada, ia pun mengimbau agar masyarakat lebih menyadari akan gejala TBC supaya segera dapat ditangani. “Kalau ada gejala-gejala tadi, harus langsung diperiksakan. Sehingga bisa ditangani supaya pasien sembuh dan risiko tertular menjadi berkurang,” katanya.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus