Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Hatta atau Bung Hatta merupakan salah seorang yang sangat serius belajar. Saat bersekolah di Belanda, banyak mahasiswi yang mendekatinya, namun ia tidak menggubris mereka karena ia memiliki prinsip akan menikah saat Indonesia telah merdeka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasca Indonesia merdeka, Hatta pun menentukan gadis pilihannya. "Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang ia pilih, ia menjawab 'Gadis yang kita jumpai waktu kita berkunjung ke Instituut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya," ujar Soekarno kepada R. Soeharto dikutip dari Saksi Sejarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada satu waktu tengah malam, Soekarno ditemani oleh R. Soeharto mengunjungi rumah keluarga Rachmi dan melamar Siti Rahmiati untuk Hatta. Abdul Rachim ini merupakan sahabat Soekarno.
Hatta pun resmi menikah dengan Rahmi pada 18 November 1945 di sebuah villa yang berlokasi di Megamendung, Bogor. Hasim Ning dalam bukunya Pasang Surut Pengusaha Pejuang, menuliskan saat Bung Hatta ke rumahnya mengundang ia dan ayahnya yang masih kerabat Bung Hatta untuk hadir di acara pernikahan itu.
"Tidak lebih dari 30 orang, kiraku. Selain dari keluarga kedua pengantin, tentu saja Bung Karno yang menjadi mak comblang pernikahan itu ikut hadir bersama Bu Fatmawati," tulis Hasjim di buku itu. Menariknya, meski Bung Hatta orang Minangkabau, perkawinannya menggunakan adat Jawa. "Aku tidak tahu siapa yang punya gagasan agar diadakan upacara adat Jawa, yakni kedua pengantin menginjak telur. Mungkin gagasan itu tumbuh karena kehadiran Bung Karno saja," katanya, lagi.
Tidak kalah romantis dengan pria lain, Hatta memberikan buku yang ia tulis saat ia diasingkan di Digul pada 1934 yang berjudul Alam Pikiran Yunani sebagai mas kawin pernikahannya.
Menurut Mavis Rose, Hatta sempat menaklukkan seorang gadis bernama Anni yang merupakan ibu dari Rahmi Rachim. "Apakah Hatta melihat sifat Rahmi Rachim yang sebelumnya ia kagumi pada diri ibunya, itu ia tidak menyebutkan," tulis Mavis.
Namun Halida Hatta mengatakan bahwa Mavin salah menafsirkan. Menurutnya, Hatta bertemu dengan Anni pertama kali pada 1945 saat Soekarno melamar Rahmi untuk Hatta. "Karena Bung Hatta dan nenek saya (Anni) beda usia cuma sembilan hari, maka keluarlah cerita seperti itu," kata Halida.
Bukan hanya pintar, Hatta juga merupakan seseorang yang romantis. Saat istrinya hendak melahirkan anak pertama, ia masuk ke kamar bersalin sambil membawa roti isi buatannya. Hatta juga selalu memberikan tempat di dalam mobil yang bebas dari terpaan sinar matahari saat berpergian kepada Rahmi.
Hatta juga merupakan orang yang sangat perhatian pada fisik istrinya. Hatta tidak menyukai apabila Rahmi terlalu gemuk. Ia pun pernah bilang kepada adik Rahmi, Raharti Subijakto untuk mengingatkan Rahmi.
Meskipun perbedaan usia antara Bung Hatta dan Rahmi Rachim yang cukup jauh, yaitu 24 tahun, mereka hidup bahagia dikaruniai 3 orang anak perempuan, Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta. "Setiap kesempatan yang kami jalani bersama terasa indah dan berharga, seperti serangkaian permata yang berhargga," kata Rahmi, satu ketika.
VALMAI ALZENA KARLA I SDA