Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak yang memiliki komunikasi baik dengan orang tua pada masa awal remaja, akan menurunkan risiko perilaku berbahaya di masa dewasa muda. Diantaranya penggunaan alkohol yang berlebihan dan makan berlebihan karena masalah emosional. Penemuan ini dipublikasikan oleh sebuah studi di Biological Psychiatry pada 3 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi selama 14 tahun ini, diikuti oleh peserta sejak berusia 11 hingga 25. Peneliti mengidentifikasi bahwa tingkat komunikasi antara orang tua dan anak mendukung pengembangan jaringan otak yang berhubungan dengan proses penghargaan dan rangsangan lain. Jaringan tersebut dapat melindungi mereka dari asupan makanan berlebih, konsumsi alkohol berlebihan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Baca: Gaya Jokowi dan Jaket-jaketnya, Mana Lebih Keren?
Maka komunikasi orang tua dan anak yang kuat berdampak pada perilaku kesehatan di masa dewasa. "Hal ini mungkin berarti bahwa interaksi sosial benar-benar mempengaruhi pola kerja otak pada masa remaja. Ini menunjukkan adanya potensi peran penting dari interaksi keluarga dalam perkembangan otak dan munculnya perilaku maladaptif di masa dewasa," kata John Krystal, editor di Biological Psychiatry.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian yang dipimpin oleh Christopher Holmes dan rekannya dari Pusat Penelitian Keluarga di University of Georgia, berfokus pada orang Afrika-Amerika dari pedesaan. Populasi yang dipilih adalah anak yang kurang berpendidikan dan mungkin secara tidak proporsional berisiko untuk berperilaku berbahaya pada masa dewasa muda. Baca: Pilek Biasa dan Influenza Memiliki Perbedaan, Apa Saja?
Pada tahun 2001, tim peneliti memulai penelitian longitudinal yang melibatkan keluarga pedesaan Amerika-Afrika dengan seorang anak berusia 11 tahun. Peserta antara usia 11 dan 13 ini melaporkan interaksi dengan orang tua mereka, termasuk frekuensi diskusi dan berdebat.
Ketika peserta mencapai usia 25 tahun, sub-sampel dari 91 peserta direkrut dari penelitian yang lebih besar. Tujuannya untuk mengambil bagian dalam sesi neuroimaging yang mengukur aktivitas otak menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mempelajari jaringan koneksi otak yang disebut jaringan arti-penting anterior (ASN). Para peserta juga menjawab pertanyaan tentang penggunaan alkohol berbahaya dan makan berlebih karena emosional pada usia tersebut. Baca: Fobia Kalajengking, Akibatkan Cemas Berlebih dan Pingsan
Komunikasi orang tua-anak yang baik pada masa remaja awal memprediksi konektivitas lebih besar pada ASN di usia 25. Hal tersebut mendukung gagasan bahwa pengasuhan berkualitas tinggi penting untuk perkembangan otak jangka panjang. Konektivitas ASN yang lebih besar berhubungan dengan penurunan konsumsi alkohol dan makan berlebihan karena emosional.
Penelitian ini mendukung upaya pencegahan dan intervensi yang menargetkan ketrampilan pengasuhan anak di masa kecil. Tujuannya untuk membantu perkembangan neurokognitif yang adaptif pada jangka panjang.
EUREKALERT | ELSEVIER | ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU