Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Ingin menikmati kopi berbagai aroma dan rasa? Cobalah kopi Senaru di kaki Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di kaki gunung dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut itu, wisatawan dapat menyesap kopi dengan aroma honey, wine, anaerobic, dan natural.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Aroma itu tercipta dari proses fermentasinya. Bukan karena adanya campuran zat lain," kata petani kopi di kaki Gunung Rinjani, Nursaat kepada Tempo pada Sabtu malam, 25 Desember 2021. Untuk mendapatkan aroma wine, menurut dia, butuh waktu fermentasi selama 35 hari. Sedangkan untuk aneka buah-buahan, durasinya sekitar delapan hari. Ada pula proses full wash yang menghasilkan kopi rasa durian atau nangka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nursaat tidak sembarangan memetik biji kopi dari pohonnya. Dia memilih biji kopi robusta yang sudah merah untuk menghasilkan kualitas terbaik. Jika asal petik, harganya hanya Rp 17 - 20 ribu per kilogram. Tetapi jika yang dipetik sudah merah, maka harganya mencapai Rp 150 ribu per kilogram.
Petani yang menggarap lahan kopi seluas dua hektare ini bisa menghasilkan tiga kwintal biji kopi. Sebungkus kopi honey isi 200 gram atau untuk 20 kali ngopi senilai Rp 25 ribu, kopi wine dan anaerobic masing-masing Rp 35 ribu. Sedangkan rasa natural Rp 25 ribu. Nursaat juga memasarkan kopinya dengan cara membuka tiga kamar penginapan gratis di Senaru Base Camp. "Kopinya jadi oleh para pendaki yang turun dari Gunung Rinjani," ujarnya.
Selain Nursaat, juga ada seorang barista asal Florida, Amerika Serikat, Taylor Kyle yang terlibat dalam bisnis kopi di Gunung Rinjani. Dia membeli kopi petani untuk mendukung usaha kopi mertuanya di Mataram, NTB.
Kepala Desa Senaru, Raden Akriabuana berharap kopi dari desanya mendunia. "Seiring tampilnya Desa Wisata Senaru di tingkat nasional, kopi Senaru juga bisa go internasional," ucapnya.