Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lomba menyodok otak

Atlet gabriel sera, 22, meninggal dunia ketika mengikuti lomba lintas alam 17 kilometer di kupang, nusa tenggara timur. ia meninggal karena kekurangan oksigen pada otak dan lemahnya kondisi badan.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH koma sejak 7 Maret, Gabriel Sera meninggal 9 Maret lalu. Ia tewas mengikuti Tri Lomba Juang di Kupang. Lomba lari lintas alam 17 kilometer ini diadakan untuk memperingati hari bersejarah "Surat Perintah 11 Maret". Upaya dr. Ichsan dan dr. Hari Hartono dari RS Dr. Yohannes di Kupang untuk mengatasi keadaan koma itu tak berhasil. Kondisi Gabi, begitu panggilan atlet 22 tahun itu, memang sudah gawat ketika dibawa ke rumah sakit. Mengikuti lomba hari pertama, dan terberat, ia lari melintasi sungai dan perbukitan yang menanjak dan menurun sepanjang 17 kilometer. Menurut Jacob Meda, staf medis yang membantu panitia, Gabi sebenarnya sudah tidak kuat. Dan dr. Fen Olof Manik, pembina kesehatan olahraga KONI Nusa Tenggara Timur yang menyaksikan lomba itu, juga mencegah. Namun teman-teman Gabi, regu Kabupaten Sikka, Maumere (terdiri dari 45 atlet), tak mau menyerah. Sejak peristiwa itu, Gabi hanya bertahan 15 meter. Ia roboh di kilometer ke-14. Guru Olahraga Sekolah Menengah Perikanan di Maumere ini segera diangkut ke RS Yohannes. "Gabi sudah kejang ketika sampai di sini," kata dr. I Nyoman Sutama, kepala seksi medis di rumah sakit itu. Dr. Husen, Direktur RS Yohannes, mula-mula menyangka Gabi kena heat stroke. Artinya, pingsan karena kepanasan. Gabi cepat diberi cairan infus. Tapi lebih dari setengah jam ia tidak juga siuman. Karena itu, menurut Husen, atlet itu mendapat perawatan yang biasanya diberikan pada pasien koma. Tim medis yang menangani Gabi juga diperkuat. Mulanya ia hanya ditangani oleh dr. Ichsan. Setelah pasien tersebut koma, ahli penyakit dalam itu dibantu neurolog dr. Hari Hartono. Menurut Husen, diagnosa yang dibangun adalah kekurangan oksigen dalam otak. Pangkalnya, tubuh Gabi kekurangan cairan. Akibatnya, volume darah yang mengantar oksigen ke otak juga berkurang, dan distribusi oksigen ke otak ikut terganggu. Fen Olof Manik membenarkan diagnosa tim di RS Yohannes itu. Temperatur udara waktu itu panas sekali. Maka, sangat mungkin keseimbangan cairan tubuh terganggu. Dan pihak panitia, diakui Olof (ia juga anggota panitia), memang tidak menyediakan air minum untuk menjaga kemungkinan ini. Hanya pada lomba gerak jalan 45 kilometer, di hari ketiga, disediakan minuman. Menurut Olof, penyelenggaraan Tri Lomba Juang yang 5 tahun sekali ini kurang persiapan. Ini terlihat dari banyaknya peserta yang tumbang. Sekitar 45 orang atau 10 persen dari semua peserta lomba lintas alam itu roboh sebelum mencapai finish. Sekitar 20 peserta, seperti Gabi, mengalami kejang-kejang. Semuanya bisa ditolong di RS Yohannes. Mengapa Gabi tak tertolong? Menurut M.A. Wora, paman korban, mungkin karena Gabi tak sehat ketika mengikuti lomba. "Semalam sebelum lomba hari pertama, ia tidak bisa tidur. Ia demam, tapi tidak berani memberi tahu pimpinan rombongan," kata Wora, juga ketua I panitia Tri Lomba Juang tersebut. Apalagi Gabi andalan Kabupaten Sikka. Pemuda tamatan Sekolah Guru Olahraga Kupang ini satu dari 30 peserta yang mampu mengikuti tiga nomor lomba. Wora memperkirakan, keponakannya demam karena kurang istirahat. Ia kecapekan menempuh perjalanan Maumere-Kupang yang harus menyeberangi laut. "Padahal, kalau 17 kilometer, bagi Gabi, tak ada masalah," ujarnya. Wora mengisahkan kebiasaan keponakannya ketika sekolah dulu, yang selalu bersepeda pulang pergi sejauh 5 kilometer. Gabi, yang bertubuh kekar, atletis, tinggi 1,75 meter, tidak pernah sakit erat. Anak petani ini punya hobi main voli dan karate. Menurut dr. Hari Hartono, serangan seperti yang dialami Gabi salah satu ancaman atlet, bila tidak hati-hati. "Kalau tidak salah, pernah juga dialami seorang atlet Jawa Tengah beberapa waktu lalu," ujarnya. Otak, kata neurolog ini, adalah pusat kendali yang vital. Karena itu, bila terjadi sesuatu di situ, akibatnya pun fatal. "Kekurangan oksigen di otak, bila melebihi tiga menit saja, akan menyebabkan kerusakan otak yang tidak pulih kembali," kata Hartono. Dalam keadaan normal, ada keseimbangan antara otak dan organ-organ tubuh lainnya, sehingga kebutuhan dan pengeluaran oksigen juga seimbang. Tapi bila aktivitas menjadi lebih tinggi ketika olahraga, masuknya oksigen menjadi tidak sebanding dengan kebutuhan. Untuk menghadapi keadaan ini, di otak ada semacam mekanisme untuk menjaga keseimbangan. "Namun, dalam keadaan tertentu, mekanisme otak itu tidak bekerja dengan baik," ujar Hartono. Inilah yang mungkin terjadi pada Gabi. Pemaksaan dan kondisi tubuh yang tidak sehat membuat otaknya tidak mampu membangun keseimbangan ketika suplai oksigen menurun. Akibatnya fatal. Dr. Ichsan mengutarakan, dalam mengatasi kekurangan oksigen di otak, yang paling penting adalah tindakan cepat. Ini yang selalu diusahakan dokter. Namun, dalam kasus Gabi, keadaannya terlalu kasip. Ketika ia tiba di rumah sakit, kekurangan oksigen pada otak atlet ini sudah berakibat lanjut. Kekurangan oksigen ini, kata Ichsan, mempengaruhi organ tubuh yang lain. Muncul kerusakan di jantung, hati, ginjal, dan paru-paru. Inilah yang menyebabkan perdarahan di seantero tubuh korban. Mungkin Gabi mengidap suatu penyakit sebelum perlombaan? Dr. Nyoman tak menelitinya. Jenazah korban tak diotopsi, tapi utuh dikembalikan pada keluarganya. Menurut dia, penanganan terhadap Grabiel sesuai dengan protokol medis. Dan Hartono menambahkan, ketika korban tiba di rumah sakit, para dokter sudah memperkirakan korban akan meninggal dunia. "Gabi ketika itu sudah mengalami syok berat," katanya. Supriyanto Khafid (Kupang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus