Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kompetisi lari sedang menjadi tren di Indonesia. Bahkan kini, sebanyak empat ajang serupa diadakan hampir setiap minggunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika Anda adalah salah satu orang yang gemar mengikuti lomba lari ini, mempersiapkan diri agar tidak dehidrasi wajib dilakukan, khususnya jika akan berlari pada jarak yang belum pernah ditempuh sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agar tidak salah langkah, dokter sekaligus ketua pelaksana KedokteRAN 2019, Jack Pradono Handojo, membagikan tips cara minum air yang benar bagi pelari.
“Jadi strategi hidrasi itu dibagi menjadi tiga, yakni pre-event (sebelum lari), during event (saat lari), dan pasca-event (setelah lari),” katanya di Jakarta pada Rabu, 21 Agustus 2019.
Berhubungan dengan sebelum berlari, Jack mengatakan seseorang harus terlebih dulu mengonsumsi air mineral dengan kemasan kecil. Umumnya, ini dapat ditemukan pada gelas yang berukuran 240 hingga 300 mililiter.
“Ini dilakukan sebagai bentuk persiapan sebelum berlari. Kenapa satu gelas saja? Supaya perut tidak kembung,” katanya.
Selanjutnya, saat sedang berlari, idealnya seseorang harus berhenti dan minum setiap 15 menit. Apabila tak dapat mengukur waktu, pelari pun bisa berpatokan pada setiap water station atau tempat berhenti untuk minum. Jika dirasa kurang, membawa botol minum saat berlari juga disarankan.
“Yang penting jangan minum saat menunggu rasa haus karena itu berarti sudah dehidrasi. Minum sedikit-sedikit, satu atau dua teguk setiap 15 menit sekali, sangat baik untuk dilakukan,” katanya.
Usai berlari, seseorang di garis akhir umumnya akan diberikan satu botol besar air mineral dengan ukuran 600 mililiter. Jack pun berharap agar seluruhnya bisa dihabiskan saat itu juga. Tujuannya untuk mengembalikan cairan tubuh pada posisi semula.
“Supaya kondisi tubuh sama seperti pre-event (sebelum lari),” katanya.