Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia.

24 Maret 2024 | 23.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker menjadi salah satu penyakit yang sangat diwaspadai saat ini. Salah satu jenis kanker yang ada adalah Multiple myeloma. Jenis kanker darah ini menyerang sel plasma, yaitu sel darah putih yang berperan dalam pembangunan daya tahan tubuh dengan memproduksi antibodi dalam jumlah besar. Kanker ini biasanya ditandai dengan rasa nyeri di tulang, utamanya tulang belakang dan panggul. Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab spesifik dari multiple myeloma. Namun, sama seperti jenis kanker pada umumnya, diyakini bahwa tumbuhnya sel plasma yang tidak normal, tak terkendali, dan bersifat kanker (sel mieloma) disebabkan oleh adanya mutasi atau perubahan DNA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik Konsultan Jeffry Beta Tenggara menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada yang tahu penyebab multiple myeloma yang jelas. "Penyakit ini bermula dengan pembentukan satu sel plasma abnormal di sumsum tulang kemudian akhirnya berkembang biak dengan cepat,” kata Jeffry dalam diskusi virtual bertajuk Tingkatkan Kesadaran Akan Penyakit Multiple Myeloma by Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pada 23 Maret 2024. Diskusi ini diselenggarakan untuk mendukung Bulan Kesadaran Myeloma (Myeloma Awareness Month) yang jatuh setiap tahun pada Bulan Maret. 

Sel-sel kanker terus berusaha menghasilkan antibodi, seperti yang sel plasma sehat lakukan. Namun, sel-sel myeloma menghasilkan antibodi abnormal yang tidak dapat tubuh gunakan. Sebaliknya, antibodi abnormal dapat menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan masalah seperti kerusakan pada ginjal. Bahkan, sel kanker juga dapat menyebabkan kerusakan pada tulang yang meningkatkan risiko patah tulang.

Risiko Multiple Myeloma meningkat seiring bertambahnya usia dan umumnya tidak dapat disembuhkan, dengan angka kematian yang masih sangat tinggi. Sekitar setengah dari pasien yang baru terdiagnosa tidak dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun dan sekitar satu dari sepuluh pasien dengan multiple myeloma akan meninggal dalam waktu kurun waktu satu tahun setelah didiagnosa. 

Secara global terjadi peningkatan kasus Multiple Myeloma sebanyak 126 persen dari tahun 1990 hingga 2016 dan sebesar 106 persen hingga 192 persen untuk semua kuintil SDI (Socio Demographic Index). Tiga wilayah dunia dengan tingkat kejadian Multiple Myeloma tertinggi berdasarkan usia adalah Australasia, Amerika Utara, dan Eropa Barat.

Walaupun Indonesia tidak termasuk dalam tiga wilayah tersebut namun berdasarkan data Globocon tahun 2020, diperkirakan terdapat 3.151 pasien baru terdiagnosa Multiple Myeloma di Indonesia. Gejala yang sering mirip dengan penyakit lain membuat pasien datang sudah dalam keadaan terlambat untuk mendapatkan perawatan.

Country Leader of Communications & Public Affairs Johson & Johnson Innovative Medicine untuk Indonesia, Malaysia dan Philippine, Devy Yheanne menyatakan bahwa timnya berupaya terus memerangi penyakit dan meningkatkan kesadaran pada masyarakat dalam memberikan pengetahuan dan informasi. "Oleh karenanya Johnson & Johnson terus bekerja sama dengan para mitra untuk memberikan informasi luas dan bermanfaat bagi masyarakat,“ katanya. 

Devy mengatakan timnya mendukung inovasi di bidang onkologi. Selama dua dekade terakhir, Johnson & Johnson berkomitmen dalam merintis pengobatan inovatif untuk kanker darah, mengubah multiple myeloma menjadi kondisi yang lebih mudah ditangani. “Tujuan kami bulan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang bentuk kanker darah yang tidak biasa ini dan menginspirasi pasien dan masyarakat luas untuk mengambil peran lebih aktif dalam menjaga kesehatan mereka dan dalam melalui perjalanan penyakitnya," kata Devy.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus