Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Walau tidak direstui ibunda, Eza Gionino tetap menikah dengan wanita pilihannya, Meiza Aulia Chorita, 22 Juli lalu. Masalah yang dialami Eza Gionino, tak jarang terjadi dalam kehidupan di sekitar kita.
Baca juga: Teman Dekat Menikah Bikin Galau, Ini yang Bisa Dilakukan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di Indonesia, orang tua menginginkan anak-anaknya memperoleh pasangan hidup yang baik dalam segala aspek, seperti kata pepatah jawa yakni bibit (keturunan keluarga), bobot (kepribadian), dan bebet (kekayaan),” bilang Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi, Psikolog yang menjadi dosen pengajar di Universitas Pancasila dan Universitas Paramadina kepada Tabloidbintang.com, Kamis 26 Julit 2018 di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kata Sri Juwita, ketika calon pasangan tidak memenuhi standar dari kriteria bibit, bebet, bobot sering orang tua tidak memberikan persetujuan.
Eza Gionino. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
“Ada sikap-sikap yang cenderung negatif yang dianggap tidak cocok oleh calon mertua, sehingga mereka tidak ikhlas melihat anaknya menikah dengan orang itu,” ujar Sri Juwita.
Ruch Gaya secara terang-terangan sempat berujar bahwa sosok istri Eza Gionino tidak memiliki kepribadian yang baik. “Perempuan itu cemburuan, mau menguasai Eza, dan menjauhkan Eza dari keluarganya,” bilang Ruch Gaya beberapa waktu lalu kepada Tabloidbintang.com.
Sri Juwita memberikan solusi agar hubungan orang tua dan anak tetap baik meskipun ada masalah dalam rencana pernikahan. Yakni, anak harus menyampaikan sisi positif dari pasangan kepada orang tuanya, bila perlu dijelaskan berulang-ulang agar jelas. Lalu anak juga harus mendengarkan saran dari orang tua, sebab tidak ada orang tua yang ingin melihat anak kesayangannya memiliki kehidupan tidak baik setelah menikah nanti.
“Anak harus melihat apakah pasangannya memiliki kepribadian yang benar-benar baik dan layak dinikahi meskipun harus melawan orang tua dan memilih dia,” tutur Sri Juwita.
Kata Sri Juwita jika si anak harus memilih pasangan dibandingan orang tua, tentu risiko-risiko pada kemudian hari harus siap dijalankan, mulai dari ada ganjalan dalam dirinya selama menjalankan rumah tangga karena tidak direstui orang tua.
Baca juga: Mau Sehat Keuangan Setelah Menikah? Intip Tips Ahli
“Sebisa mungkin pelan-pelan si anak harus berusaha memperbaiki hubungan dengan orang tua setelah menikah,” kata Sri Juwita.
Orang tua juga diminta berbesar hati menerima kenyataan pahit jika si anak meninggalkannya demi menikah dengan pasangan. “Orang tua sudah mendidik anak dengan jerih payahnya justru ujungnya tidak dianggap oleh anak, tapi anak sudah dewasa dan bisa memiliki pilihan hidup,” pungkas Sri Juwita.