Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Menikmati Tongseng dan Rawon di Kalimantan Barat

Tongseng dan rawon juga jadi makanan populer di Kalimantan Barat. Para perantau terutama dari Jawa yang memperkenalkan makanan itu.

3 Oktober 2019 | 13.00 WIB

Hidangan tongseng di warung Lamongan Mas Slamet di tepian jalan kawasan Nanga Semangut, Bunut Hulu, Kapuas Hulu. Kalimantan Barat. TEMPO/Bram Setiawan
Perbesar
Hidangan tongseng di warung Lamongan Mas Slamet di tepian jalan kawasan Nanga Semangut, Bunut Hulu, Kapuas Hulu. Kalimantan Barat. TEMPO/Bram Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sabtu, 28 September, di siang bolong itu saya dalam perjalanan menuju Desa Segitak untuk menelusuri hutan atau jungle tracking. Pepohonan yang rapat menghiasi jalan lengang dari Putussibau ke Segitak. Saya rehat sejenak di Desa Nanga Semangut, Bunut Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Perut yang mulai gelisah membuat saya singgah makan siang di Lamongan Mas Slamet, sebuah warung yang berada di tepian jalan. Ada banyak menu yang ditawarkan di antaranya, bakso, mi ayam, sup daging sapi, dan tongseng. Saya memilih tongseng. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Teringat tongseng Solo yang legit. Ternyata tongseng "perantauan" ini sangat berbeda bila dibandingkan resep umumnya. Selain rasanya, ihwal yang membedakan adalah komposisi sayur. Hidangan tongseng di Lamongan Mas Slamet menggunakan wortel dan baby corn.

Namun kubis tetap digunakan sebagai campuran sayuran. Rasanya kaldunya pekat, juga aromanya kuat, dan kuahnya pun cenderung sangat kental. Rasa manis tetap dominan, meski warnanya masih lebih mirip gulai. Sajian ini sangat berbeda bila dibandingkan bila menyantap tongseng di Solo atau Yogyakarta.

Hidangan rawon yang disajikan di WarunG jember di Kawasan Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. TEMPO/Bram Setiawan

Selain di Nanga Semangut, TEMPO sempat juga mencicipi rawon di Warung Jember di dekat kawasan Badau, yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia, pada Selasa, 1 Oktober 2019.

Rawon ini boleh dibilang memiliki rasa yang autentik, karena warna kuah dan rasanya yang gurih dengan aroma keluak. Meski ihwal rasa adalah menyesuaikan resep si pemasak, namun boleh dibilang rasanya cenderung mirip bila dibandingkan menyantap rawon di kawasan Jawa Timur.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus