PARA petani di beberapa daerah Sumatera Barat, awal Mei yang
lalu banyak yang meratapi kepergian kerabat kental mereka --
yang bernama kerban dan sapi. Kerabat yang banyak menolong itu
pada bergelimpangan oleh serangan penyakit ngorok, Tidak kurang
dari 50 ekor binatang yang lamban tapi berotot itu menemukan
hari akhirnya, Kabupaten Agam dan Limapuluh Koto paling banyak
menderita.
Dari Padang, Koresponden TEMPO Muchlis Sulin malaporkan:
Para petani peternak di desa-desa Kecamatan Luhak Kabupaten 50
Kota menemukan kerbau mereka mendengkur seperti orang sedang
tidur pulas. Sehari kemudian kerbau itu pun menghembuskan nafas
terakhir. Malangnya, penyakit ngorok itu sempat menebar kepada
rekan-rekan hewan sekandang. "Ada yang mati satu kandang di
Balai Panjang," begitu diungkapkan Petani Adam dari desa itu.
Tetapi ternyata serangan penyakit ngorok itu menembus juga
desa-desa lain di sekitar Balai Panjang. "Di Guguk dan
kecamatan Payakumbuh juga berjangkit," kata Bupati 50 Kota,
Burhanuddin Putih. Keadaan makin mencemaskan penduduk sana
hingga pekan lalu banyak di antara peternak yang menjual kerbau
dengan harga murah. Biasanya kerbau dewasa diperjual-belikan Rp
200 ribu seekor. Pekan lalu harganya melorot jadi separo.
Di Kabupaten Agam, serangan ngorok ditemukan menyerang ternak di
Kecamatan IV Koto. Yang lebih parah menimpa Desa Malalak. "28
ekor kerbau mati di daerah saya," kata Camat IV Koto, Amran Zai.
Itu baru di satu desa -- dan dikhawatirkan beberapa desa lainnya
di kecamatan itu juga ketularan. Kecemasan yang sama menyebar
pula ke berbagai daerah lain, seperti Pasaman dan Pariaman.
Pihak Dinas Kehewanan Propinsi sudah menyebarkan beberapa tim ke
daerah-daerah wabah. Juga ke daerah-daerah yang belum ketularan.
Mantri hewan di beberapa tempat juga dikerahkan untuk melakukan
penyuntikan vaksin SE (Septicemia Epizooticae) secara massal.
"Kita berburu dengan waktu," keluh Bupati 50 Kota. Bupati itu
menjelaskan juga bahwa sampai larut malam mantri hewan di
kecamatan ditugaskan memasuki pedalaman sampai ke kaki gunung
untuk keperluan penyuntikan. "Kita berusaha mencegah kematian
lebih lanjut," tambah Bupati.
Di daerah 50 Kota, sampai minggu pertama Mei yang lalu ternak
yang mati diketahui berjumlah lebih 20 ekor. Para petani
peternak bertangisan begitu menemukan ternak piaraan mereka
menjadi bangkai. Memang, baik di Agam maupun di 50 Kota hampir
separonya berhasil dijadikan ternak potong sebelum maut sempat
merenggut. Di Payakumbuh, seekor kerbau yang baru mulai terkena
serangan ngorok masih bisa dijual sekitar Rp 40 ribu. "Tidak
ada pilihan. Daripada hilang percuma," kata seorang peternak
dari Balai Panjang. Apa hewan korban ngorok tidak berbahaya?
"Tidak, asal bagian perutnya dibuang," kata drh. Rusli Harahap
di Padang. Jadi aman.
Serangan ngorok yang tiba-tiba itu menyebabkan banyak pihak
menuding Dinas Kehewanan telah melakukan kelalaian. Para
peternak di Kabupaten Kota menyatakan bahwa selama ini ternak
mereka sekali setahun mendapat injeksi vaksin SE. Tapi sejak 2
tahun belakangan tidak pernah lagi. Itulah.
Para pemangku jabatan di kantor Dinas Kesehatan sendiri berkata:
"Yah, begitu tiba-tiba." Rupanya memang tidak diduga. Toh para
petani mengajak Dinas Kehewanan jangan hanya mengurusi hewan
pemerintah saja. Memangnya hewan penduduk itu milik siapa, kalau
bukan rakyat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini