Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Orang Tua Jarang Sadar Anak Menderita Skoliosis, Cek Tandanya

Orang tua sering tak sadar anak menderita skoliosis dan baru membawanya ke dokter saat kondisi sudah parah.

30 Oktober 2019 | 19.36 WIB

Skoliosis
Perbesar
Skoliosis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis tulang belakang dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr. Phedy SpOT-K., mengatakan sebagian besar orang tua jarang menyadari anaknya mengidap skoliosis atau kelainan bentuk tulang belakang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Sebagian besar orang tua tidak menyadari anaknya menderita skoliosis. Bahkan, terkadang anak juga menutupinya dengan menggunakan jaket," ujar Phedy di Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia memberi contoh cucu seorang jaksa yang menderita skoliosis yang tidak disadari oleh kakeknya. Apalagi, cucunya menutupi penyakit yang dideritanya dengan menggunakan jaket. Akibatnya, cucu jaksa tersebut baru datang ke rumah sakit begitu penyakitnya sudah parah.

Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa abnormalitas bentuk tulang belakang. Tulang belakang melengkung seperti huruf C atau S. Phedy menjelaskan kelainan itu biasanya ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, yaitu pada usia 10 hingga 15 tahun. Jika skoliosis dibiarkan maka dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan fungsi jantung, paru-paru, atau kelemahan pada tungkai.

"Skoliosis di atas 70 derajat dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru. Sedangkan di atas 100 derajat dapat mengganggu fungsi jantung," katanya lagi.

Sebagian besar kasus skoliosis, tidak ditemukan penyebabnya atau idiopatik. Namun, beberapa kondisi diketahui dapat memicu skoliosis, seperti cedera tulang belakang, infeksi tulang belakang, bantalan, dan sendi tulang belakang yang mulai aus akibat usia, bawaan lahir, serta gangguan saraf dan otot.

"Skoliosis semakin parah jika tidak ditangani. Untuk penanganannya, tidak selalu operasi tapi sebenarnya hanya perlu observasi, ortosis, atau brace, dan jika parah baru operasi," terang dokter rehabilitasi medis di Siloam Kebon Jeruk, dr. Tetty MD Hutabarat, SpKFR.

Observasi dilakukan untuk sudut di bawah 30 derajat. Pasien juga dianjurkan melakukan latihan dengan peregangan untuk memperbaiki ketidakseimbangan otot. Sementara untuk pasien dengan sudut 30-40 derajat biasanya diberikan brace atau penahan.

"Sedangkan operasi untuk kelainan di atas 40 derajat, karena jika dibiarkan akan menghambat aktivitas dan dapat menjadi ancaman bagi organ tubuh lainnya," terang Tetty.

Beberapa ciri-ciri skoliosis yakni bahu tidak sama tinggi, tonjolan punggung tidak sama tinggi, lipat pinggang tidak sama tinggi, panggul tidak sama tinggi, jarak siku ke tubuh tidak sama, dan tonjolan punggung atas atau bawah tidak sama tinggi saat membungkukkan badan.

"Untuk itu, kami berharap para orang tua memperhatikan bentuk tubuh anak, terutama memasuki masa pubertas," imbuh Tetty.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus