Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Panduan Isolasi Mandiri buat Anak

Anak positif Covid-19. Ini yang perlu dilakukan orang tua untuk isolasi mandiri anak dan anggota keluarga lain.

2 Juli 2021 | 09.03 WIB

Ilustrasi Anak Sakit/Halodoc
Perbesar
Ilustrasi Anak Sakit/Halodoc

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan para orang tua terkait isolasi mandiri anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan panduan isolasi mandiri untuk anak-anak dan keluarga yang positif terjangkit COVID-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pertama, anak yang positif COVID-19 tidak bergejala (asimptomatik) atau bergejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam-ruam. Syarat selanjutnya adalah anak aktif dan bisa makan-minum. Orang tua juga harus menerapkan etika batuk kepada anak dan memantau gejala atau keluhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Orang tua juga perlu melakukan pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam). Lingkungan rumah/kamar juga disarankan memiliki ventilasi yang baik. IDAI menjelaskan orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif COVID-19. Orang tua atau pengasuh disarankan yang berisiko rendah terhadap gejala berat COVID-19.

Jika ada anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama. Namun, jika orang tua dan anak berbeda status COVID, disarankan berikan jarak tidur 2 meter di kasur terpisah. Jangan lupa, penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan psikologis pada anak.

Adapun protokol isoman yang direkomendasikan oleh IDAI, pertama, dengan tetap di rumah, menggunakan masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan, dan menerapkan etika batuk. Anak usia 2 tahun ke atas atau yang sudah dapat menggunakan dan melepaskan masker dianjurkan untuk tetap menggunakan masker di rumah, dan terpasang tepat.

Berikan istirahat masker jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari pengasuh. Masker tidak perlu digunakan saat anak tidur. Pengasuh yang berada di dalam ruangan yang sama harus menggunakan masker atau pelindung mata bila memungkinkan.

Selain masker, orang tua juga harus memeriksa suhu tubuh anak di pagi dan sore hari, juga saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Pantau laju napas dan jangan lupa berikan bayi ASI dan anak dengan makanan bergizi. Selesai isolasi, umumnya gejala akan hilang dalam 14 hari. Dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah terjadi gejala atau setelah swab pertama positif (bila tidak bergejala).

Bila tidak bisa melakukan tes swab, maka disarankan isolasi 10 hari ditambah tiga hari setelah bebas gejala. Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.

IDAI mengatakan anak perlu segera dibawa ke rumah sakit apabila banyak tidur, napasnya cepat, ada cekungan di dada, hidung kembang kempis, saturasi oksigen < 95 persen, mata merah, ruam, leher bengkak, demam > 7 hari, kejang, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, buang air kecil (BAK) berkurang, dan terjadi penurunan kesadaran.

Selain itu, dalam panduan yang bisa diakses di laman resmi IDAI ini juga ada panduan bagi bayi lahir dengan ibu terkonfirmasi COVID-19, alat, dan obat-obatan yang perlu disediakan di rumah, cara cuci tangan, etika batuk dan bersin, disinfeksi ruangan, dan logbook pemantauan selama isolasi mandiri.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus