Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pasien Gangguan Ginjal Tak Disarankan Berobat Alternatif

Pasien gangguan ginjal sebaiknya tidak melakukan pengobatan alternatif karena belum ada yang terbukti mampu membantu memperbaiki fungsi ginjal.

10 Maret 2023 | 21.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien tengah melakukan perawatan cuci darah di Klinik Hemodialisis Tidore, Jakarta, Senin, 13 Januari 2020. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi Pringgodigdo Nugroho menganjurkan pasien gangguan ginjal sebaiknya tidak melakukan pengobatan alternatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau melihat guideline dari perhimpunan ahli-ahli ginjal sedunia, justru tidak menganjurkan pengobatan alternatif pada pasien-pasien yang mengalami gangguan ginjal," kata dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, hingga saat ini belum ada pengobatan alternatif yang terbukti mampu membantu memperbaiki fungsi ginjal atau mengobati gangguan ginjal. Dokter yang juga berpraktik di RS PELNI itu menjelaskan pengobatan penyakit ginjal tergantung pada derajat penurunan fungsi ginjal yang dialami pasien sebab ginjal yang sudah dalam kondisi gagal tidak dapat disembuhkan.

Jika masih dalam tahap awal maka yang harus dilakukan adalah mengatasi penyakit yang mendasarinya. Adapun, penyakit-penyakit yang dapat memicu gangguan ginjal termasuk diabetes, hipertensi, dan peradangan ginjal.

"Kalau ternyata karena diabetes maka kita kontrol gula darahnya. Kalau hipertensi, maka kontrol tekanan darahnya. Begitu juga dengan penyakit lain," ujar dokter yang menamatkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

Cuci darah
Selanjutnya jika penurunan fungsi ginjal sudah memasuki tahap lanjut tapi belum memerlukan dialisis atau cuci darah maka dokter akan melakukan upaya-upaya pengobatan, termasuk dengan menurunkan asupan protein sebab protein dapat membuat kerja ginjal menjadi lebih berat. Kemudian, jika penyakit ginjal sudah memasuki tahap akhir maka pasien memerlukan terapi pengganti ginjal, baik dengan cuci darah maupun transplantasi ginjal.

"Jadi sudah tahap akhir, fungsi ginjal pasti sudah sangat rendah sekali sehingga harus digantikan fungsinya. Kalau tidak, bisa membahayakan pasien. Dan kenapa disebut pengobatan pengganti? Karena tidak menyembuhkan ginjalnya yang sudah gagal itu," tutur Pringgo.

Sebagai informasi, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menjamin menanggung biaya yang dibutuhkan oleh pasien gagal ginjal, termasuk saat melakukan cuci darah dan transplantasi ginjal. Jaminan biaya dari BPJS Kesehatan untuk tindakan hemodialisis atau cuci darah adalah Rp 92 juta per tahun apabila dilakukan dua kali sepekan per pasien. Sedangkan untuk Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) sampai sembuh adalah Rp76 juta per tahun untuk setiap pasien. Sementara itu, jumlah biaya yang ditanggung untuk transplantasi ginjal mencapai Rp 378 juta dan sudah termasuk pemeriksaan, observasi, obat-obatan, hingga penyembuhan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus