Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penerapan gaya hidup sehat efektif ditularkan ke berbagai individu. Salah satunya lewat komunitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu kata sosiolog dari Universitas Indonesia, Roby Muhamad. Hal ini merujuk pada riset dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) beberapa waktu lalu, yang menunjukkan komunitas berperan sebagai pemantik semangat dalam pengadopsian gaya hidup dan perilaku sehat di tengah masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riset itu juga mengungkapkan seseorang lebih mungkin mengadopsi perilaku dan gaya hidup sehat jika menerima informasi dan ajakan hidup sehat berkali- kali dari orang berbeda-beda.
"Masuki komunitas yang berbeda-beda. Kalau kita mendapat pesan yang sama, nanti berpikir, jangan-jangan benar. Kalau mau mengubah sikap, dapat ajakan berkali-kali dari orang berbeda-beda'," kata Roby.
Lebih lanjut, dia menerangkan pengambilan keputusan, misalnya penerapan pola hidup sehat pada seseorang, biasanya dipengaruhi kuat oleh lingkungan mikro di mana ia berada dan dengan siapa ia bergaul, sama seperti keluarga, sekolah, tempat kerja, dan tempat tinggal.
Karakter yang terbentuk pada lingkungan mikro ini dipengaruhi pula oleh lingkungan makro, seperti sistem edukasi, kebijakan pemerintah, perkembangan industri dan teknologi. Inilah alasan mengapa komunitas punya peran penting menyebarkan informasi atau ajakan menerapkan gaya hidup sehat.
"Sebagian besar keputusan individu dipengaruhi orang lain, termasuk perilaku hidup sehat. Masyarakat kita dikenal lebih kolektif, jadi pastikan mengikuti sesuatu yang positif atau sehat," kata Roby.
Dia mengatakan, masalah kesehatan yang sebenarnya tidak menular seperti obesitas juga bisa menular, dugaannya karena adanya kecenderungan manusia menduplikasi perilaku orang di sekitarnya.
"Masalah kesehatan bukan hanya masalah individu, bisa menular pada orang-orang di sekitar individu," tuturnya.