Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Resmi Ditarik BPOM, Ini 4 Fakta tentang Obat Ranitidin

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang obat Ranitidin, yang baru saja ditarik peredarannya, berikut adalah beberapa faktanya.

8 Oktober 2019 | 15.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menarik peredaran obat Ranitidin pada 4 Oktober 2019. Langkah tersebut diambil setelah US Food and Drug Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA), menemukan cemaran N-Nitrosodimethylamine (NDMA) pada Ranitidin. NDMA bersifat karsinogenik sehingga dikaitkan dengan pemicu perkembangan sel kanker.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang obat Ranitidin, berikut adalah beberapa faktanya, seperti yang dilansir dari situs Web MD, Medicine Net, dan Drugs.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

#Kegunaan obat
Ranitidin adalah salah satu obat yang terbukti ampuh untuk mengatasi masalah pada organ lambung dan usus. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan tersebut meliputi maag, esofagitis erosif, refluks gastroesofageal atau GERD, dan sindrom Zollinger-Ellison.

#Cara kerja
Ranitidin termasuk dalam golongan obat H2 blocker, setara dengan beberapa jenis obat seperti Famotidine dan Nizatidine. Cara kerja obat tersebut ialah dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan oleh perut pasien. Ia juga bisa meredakan gejala seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, sakit perut, mulas, dan kesulitan menelan.

#Efek samping
Penggunaan Ranitidin bisa menyebabkan beberapa efek samping yang ringan, seperti sakit kepala, sembelit, atau diare. Namun, efek samping yang lebih serius juga bisa dialami termasuk penglihatan kabur, perubahan suasana hati, misalnya agitasi, kebingungan, depresi, halusinasi, kelelahan, detak jantung tidak teratur, dan warna urin yang gelap.

Kondisi tubuh yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi Ranitidin
Ada beberapa kondisi tubuh yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi Ranitidin. Salah satunya adalah mereka yang alergi dengan Ranitidin. Meski angkanya sangat kecil, namun reaksi seperti ruam, gatal atau bengkak, terutama pada wajah/ lidah/tenggorokan, pusing parah, kesulitan bernapas, bisa menjadi tanda untuk menghentikan konsumsinya. Pasien dengan penyakit ginjal, hati, atau porfiria juga tidak disarankan untuk mengonsumsi Ranitidin karena efeknya yang bisa memperparah kondisi kesehatan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus